Thursday, February 16, 2017

Gembira Untuk Teman

Tak banyak sosok apalagi teman yang aku kagumi cara berpikirnya. Mungkin bisa dihitung dengan jari di satu tanganku. Aku memang "a sucker" for orang yang mampu menghargai prinsip orang lain. Tak harus pintar, tapi kalaupun pintar dan bahkan punya prinsip hidup yang njelimet buat aku, asal mereka bukan tipe orang yang memaksakan orang lain untuk mengakui kebenaran prinsip mereka, buat aku aman-nyaman saja untuk diajak berteman. Artinya, mereka mudah dan enak diajak berdiskusi dan bertukar pikiran. Malah seringkali kerendahan hati mereka ini yang membuatku mudah mengagumi prinsipnya dan menganggapnya lebih baik dari prinsipku.

Salah satu diantara mereka ini sudah aku kenal sejak sekitar tujuh tahun yang silam. Pertemanan kami mengalir dengan mulus karena ia seorang pendengar yang baik. Tak hanya rajin mendengarkanku, ia juga dengan humble memberi asupan padaku bila memang dirasa perlu. Humble-nya ini yang sering membuat aku menganggap prinsipnya mudah aku terima sehingga layak untuk aku coba ikuti. Hal lain darinya yang mengagumkanku adalah bahwa ia tak mudah begitu saja memberitakan hal-hal baik yang terjadi padanya meskipun sebenarnya itu bisa membuatku ikut senang. Dengan kata lain, ia mungkin lebih memilih menyimpannya dalam hati ketimbang terkesan menyombongkan diri.

Tiga hari yang lalu, tiba-tiba ia mengabariku bahwa ia akan segera berangkat untuk menunaikan ibadah Umrah-nya sekaligus meminta maaf atas kesalahannya padaku. Huuuft...!! Kabar ini begitu mengejutkanku sekaligus membuatku sangat senang. Bagaimana tidak? Aku pernah beberapa kali mengutarakan keinginanku untuk kelak pergi Umrah bersama tapi ia selalu mengelak dengan alasan hati dan pikirannya belum siap untuk menjadi tamu Allah. Dan kini, ia pun menunggu hingga H minus dua untuk mebagi berita menggembirakan ini. Ketika kutanya, ia menyatakan bahwa ketika seorang kawannya menawarkan sponsorship untuknya, ia tak kuasa menolak undangan Allah, tapi ia juga sekaligus tak merasa nyaman untuk menyebarkan beritanya sebelum semua persiapannya sudah bisa memastikannya untuk berangkat. As simple as that!

Well...tak sedikitpun kekecewaan ada padaku hanya karena ia akan pergi sendiri dan bukan denganku. Alasan aku mengandaikan kepergiannya bersamaku dulu itu murni karena aku ingin sekali ia mengunjungi tanah suci dan menjalani prosesi ibadah Umrah agar ia juga mungkin bisa dapat pembelajaran yang bermanfaat seperti yang telah aku dapatkan. Dan aku tak harus jadi orang yang membawanya kesana dan menemaninya ketika ia menjalaninya. Buatku, yang penting adalah kelancarannya dalam menjalani pengalaman itu dan apa yang mungkin didapatnya untuk bisa menjadikannya orang yang lebih baik dan bijaksana. Karena bila dan ketika itu terjadi, aku akan mungkin belajar lebih banyak darinya untuk kebaikan hidupku sendiri.

Jadi, tak ada rasa lain yang kurasakan selain rasa gembira yang tak terkira dan rasa syukur atas keberangkatannya untuk menempa ilmu kehidupan.
Selamat jalan, teman. Selamat menjadi tamu Allah dalam menunaikan ibadah Umrah. Semoga perjalananmu lancar dan segala urusanmu diberi kemudahan olehNya sehingga kau bisa kembali ke tanah air dengan keadaan selamat dan sehat, dan menjadi manusia yang lebih baik di jalanNya...aamiin.