Monday, July 12, 2010

MP Blog - Ayahku


Akhirnya ajal menjemputnya Senin, 5 July yang lalu, hampir genap 5 tahun setelah wafatnya ibundaku tercinta. Kebersamaannya hanya dengan kakak kandung tertuaku didetik-detik terakhir hidupnya mungkin dapat membuatku menyayangkannya karena aku merasa lebih bisa mengurusnya di saat kondisi kesehatannya yang begitu ringkihnya. Namun aku telah menerima hal ini sebagai bagian dari takdirnya. Aku lebih suka mengisi kekosongan hati ini dengan mengenang masa-masa indah bersamanya.



Beliau adalah seorang ayah yang telah mengajariku tentang kebijaksanaan hingga di akhir hidupnya. Hal inipun masih aku dapatkan bahkan setelah beliau mangkat. Aku menyadari betapa beliau telah secara bijaksana menunjukkan bahwa semua langkah yang diambilnya ternyata merupakan hal yang tepat termasuk memutuskan untuk menyewa sebuah apartment sebagai tempat tinggalnya daripada memiliki sebuah rumah. Seperti yang pernah beliau katakan dulu bahwa lebih baik tidak meninggalkan harta yang mungkin dapat memicu pertikaian diantara puta putrinya kelak.


Mapan sebagai direktur utama PT. Aneka Tambang selama 18 tahun dan kemudian sebagai direktur utama Alumindo Perkasa selama 2x masa jabatan tidak membuatnya lupa daratan. Aku masih ingat betul saat beliau secara tegas melarang kami, putra putrinya, mengikuti jejaknya dengan memilih jurusan pertambangan. Alasannya sangat sederhana, beliau tidak ingin kami dituding orang memanfaatkan jabatannya.  Dedikasi yang diberikan pada pekerjaannya hingga hari terakhir hidupnya juga telah membuktikan pengabdian & kesetiaannya yang tak terkira pada dunia pertambangan negeri ini.

Cara mendidik yang beliau terapkan mungkin terbilang ketat. Bahkan banyak kerabat lain yang menganggapnya kolot & kaku. Namun bagiku, apa yang telah aku dapatkan darinya justru telah menjadikanku sebagai seorang yang tegas dan tangguh dalam menghadapi hidup ini. Mungkin kejujuran yang beliau ajarkan tidak membuatku kaya raya akan harta namun aku merasakan berkecukupanku akan akhlak & kebahagiaan yang tulus.

Seperti halnya saat ibundaku berpulang ke Rahmatullah, mata-mata ini tidak pernah mengalirkan air mata meski aku sangat kehilangan beliau. Tak akan ada lagi kebersamaan dengannya di dunia ini. Namun aku yakin, ilmu & kebijaksanaan yang beliau ajarkan akan terus menuntunku menjalani hidupku sambil terus berdoa untuk kebahagiaannya dalam hidup barunya.

Kini jasadnya telah dipertemukan kembali dengan jasad ibundaku dalam liang lahat yang sama. Semoga doaku selalu melancarkan perjalanan keduanya menuju Sang Khalik....aamiiin
Selamat Jalan Pappie tercinta...