Friday, June 29, 2012

MP Blog - Polemik Jum'atan


Kasian sekali anak berumur sekitar 8 tahun itu. Ia hanya bisa menggaruk-garukan kepala di tangga masjid karena belum bisa menemukan sandalnya usai menunaikan sholat Jum'at. Sementara ayahnya masih sibuk kesana kemari mencoba mencari sandalnya. Saya sempat mendengar ucapan ayahnya, "Mungkin ada yang pinjam buat wudhu terus ditaruh di tempat lain". Setelah beberapa lama, mereka memutuskan untuk menunggu hingga hampir semua pengunjung masjid beranjak pergi dengan harapan lebih mudah menemukan sandal tersebut. Namun anak itu belum beruntung karena sandalnya tidak ada diantara sedikit alas kaki yang tersisa.


Saya ingat ketika sepatu saya hilang saat Jumatan di masjid Al-azhar, ada sejumlah anak yang menjual sandal bekas murah, yang rupanya memang ditawarkan pada mereka yang bernasib kurang beruntung seperti saya. Nasib anak ini tidaklah sebaik saya karena di masjid yang tidak besar ini tidak ada penjual sandal bekas. Si ayah akhirnya memutuskan untuk menggendong anaknya dan berjalan pergi meninggalkan masjid. Entah seberapa jauh atau dekat perjalanan yang akan mereka tempuh, namun saya sangat tersentuh dengan kejadian itu. Cobaan ini mereka hadapi dengan penuh kesabaran dan tanpa prasangka buruk kepada siapapun. Subhanallah.....



Tuesday, June 19, 2012


Selamat buat kang Rizali Indrakesuma van Chaseiro yang sudah lulus Fit & Proper Test untuk jabatan Dubes Indihe. Nanti kalau sudah dilantik bisa nyanyi, "bila kusampai pada tempat yang kutuju..."

Friday, June 15, 2012

MP Blog - Macet


Dua malam yang lalu saya melihat macetnya jalan tol dalam kota (Inner Ring Road) dan saya merasa kasihan pada para penggunanya. Sudah bayar Rp. 7.000,- masih merayap pula. Lambatnya laju kendaraan di atasnya memang tidak separah yang di atas jalan biasa, tapi apa iya itu seseuai dengan biaya yang dikeluarkan? Saya bisa membayangkan betapa kesalnya bila terjebak dalam kemacetan seperti itu karena saya juga pernah mengalaminya.

Lalu saya ingat saat terperangkap dalam antrian panjang di atas jalan tol Cipularang sementara akses keluar dari jalan tol di kota Bandung itu hanya tinggal 2 kilometer lagi. Biaya yang sudah saya bayar untuk melintasi jalan yang berkonsep "bebas hambatan" ini jadi terasa tidak sepadan dengan kenyataan yang harus saya alami.

Saya sering berandai-andai saja, bila menjadi pihak yang berwenang saya akan melipatgandakan tarif jalan tol 2 atau bahkan 3 kali lipat. Mungkin saja volume kendaraannya menurun drastis meskipun kepadatan di jalan biasa justru akan meningkat. Begitu juga dengan tarif jalan tol Cipularang yang bisa jadi mengantisipasi kemacetan menjelang masuk kota Bandung. Dasar pemikirannya adalah bahwa setiap hal ada harganya. Makin bagus hal itu, makin tinggi harganya. Selayaknyalah orang harus membayar mahal untuk mendapatkan layanan yang baik. Sama halnya dengan cara yang diterapkan pada penggunaan ruangan VIP di bandara atau keanggotaan country club. Tarif yang dikenakan boleh mahal, tapi layanan pasti memuaskan.

Sudah pasti kebijakan seperti ini bakal menuai banyak protes, tapi memang tidak bisa semua pihak dimenangkan. Apa yang ada saat ini justru tidak satu pihakpun yang mendapat kenyamanan dalam mengemudi. Imbasnya bisa merembet kemana-mana seperti halnya efek dari kenaikan harga BBM. Tapi melihat sejarah negeri ini, saya yakin masyarakat kita bisa survive koq. Kalau memang penghematan waktu demi kepentingan tertentu menjadi prioritas, sudah sewajarnya harus diupayakan dana yang cukup untuk menunjangnya termasuk penggunaan jalan tol bebas hambatan sebagai jalur ekspres.



Tuesday, June 5, 2012

MP Blog - Akhirnya...

Sudah lama saya dendam dengan kucing jalanan ini. Sejak kepindahan saya ke kantor baru ini, saya sudah melihat gelagat buruk yang akan ditimbulkan oleh hewan ini karena ia seringkali melewati hari-harinya dengan tiduran di lantai teras kantor saya. 

Sebetulnya saya tidak harus membenci kucing, hanya saja fakta bahwa mereka itu saya anggap sebagai binatang yang malas itu membuat saya enggan menyukainya. Kadang mereka juga suka sekali mengemis dan mengaduk-aduk sampah. Jadi juga ada alasan higienis kalau saya memang menghindari mereka. Namun khusus yang satu ini, memang saya membencinya. Awalnya saya hanya sering mengusirnya pergi dari teras kantor saya. Mungkin karena hal itu juga, ia lalu mulai menantang saya dengan migrasi ke atas kursi di teras yang sedianya disiapkan untuk tamu yang ingin merokok. Hasilnya, setiap malam perabotan (dengan meja juga) yang ada di teras harus di sandarkan dengan posisi miring ke tembok agar tidak dijadikan tempat bermalam olehnya. Dan rupanya semakin banyak hal yang sifatnya menentang kucing ini, semakin banyak pula tingkahnya yang menyebalkan. Tidak hanya melepas hajat besar dan kecil di teras maupun di halaman parkiran, ia juga acap melakukannya pada roda bahkan di atas kendaraan pegawai kantor saya. 

Beberapa kali timbul niat di benak saya untuk mengganjarnya, namun ada saja yang mengingatkan saya untuk tidak menyakitinya dengan beragam alasan. Ada yang sesederhana berdasarkan azas kebinatangan, ada yang menganggap semua itu hanya ujian buat saya, dan ada pula yang serumit fakta bahwa kucing itu binatang kesayangan Nabi. Sementara saya sering berpikir bahwa Nabi sendiritidak pernah berurusan dengan kucing kurang ajar yang satu ini. Saya ingat cerita kawan saya ketika ia masih kuliah di Bandung, ia dan 2 teman kost-nya dengan susah payah mengumpulkan uang yang mereka miliki untuk membeli lauk buat dimakan bersama. Dengan uang yang ada, mereka berhasil membei nasi dan sepotong ikan lele. Ketika mereka tengah menyiapkan piring, gelas dan air minumnya, seekor kucing menggasak ikan tersebut. Dan ulah kucing ini dibalas dengan penangkapan dan pengarungan kucing yang kemudian diikuti dengan pembuangan karung yang diikat rapat ke sebuah kali yang mengalir deras. Ketika saya mendengar cerita itu, saya sempat menganggap aksi mereka itu melewati batas. Namun dengan segala teror yang saya hadapi, saya kini merasa bahwa kesabaran saya sudah sangat menipis sehingga saya berasumsi bahwa suatu hari bila tidak juga ada perkembangan yang baik dengan kucing ini, saya akan melakukan hal yang (mungkin) akan saya sesali dikemudian hari.

Untungnya....hari yang saya kuatirkan itu tidak pernah dan tidak akan pernah terjadi. Tadi pagi ketika saya hendak memasuki parkiran kantor, saya melihat sebuah onggokan di tengah jalan hampir tepat di depan kantor saya. Setelah saya parkirkan kendaraan saya lalu saya dekati onggokan itu, ternyata yang saya temui adalah tubuh si kucing yang telah tak bernyawa. Memang tidak mudah mengenalinya secara sepintas karena rupanya ia telah tergilas telak oleh sebuah kendaraan sehingga wujudnya sudah tidak jelas. Kepala dan sebagian tubuhnya yang nyaris gepeng itu telah bercampur dengan darah.

Tidak ada yang tau pasti kapan kejadiannya dan kendaraan jenis apa yang menggilasnya sehingga memberi dampak yang begitu mengenaskan, tapi beberapa orang menganggapnya terjadi semalam karena darah yang sudah mulai mengering. Yang pasti, hingga disinilah segala masalah yang saya hadapi sejak lama dengan kucing ini. Dan sebenci-bencinya saya padanya, saya tetap tidak tega untuk mengabadikan bangkainya yang telah porak poranda itu.




Monday, June 4, 2012

MP Blog - Mantan Menteri


Hari Minggu siang yang lalu saya menyempatkan diri mengunjungi pameran lukisan yang bisa dibilang langka karena belum pernah diselenggarakan sebelumnya. Pameran lukisan karya-karya maestro Raden Saleh ini diselenggarakan di gedung Galeri Nasional, Jakarta Pusat. Seperti biasa, saya mengajak anak-anak saya untuk memperkenalkan kepada mereka seni yang saya anggap bagus.
Saya memang mengagumi karya-karya Raden Saleh terutama lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro dan beberapa lukisan perburuan singa yang telah membuatnya melegenda di dunia seni lukis.

Pameran yang diresmikan oleh wapres Budiono sehari sebelumnya memang baru akan dimeriahkan dengan berbagai ragam pagelaran seni budaya pada Minggu malam, namun saya memilih untuk tidak terjebak dalam keramaian yang mungkin memadati kompleks galeri tersebut. Jadi memang saya tidak mengharapkan melihat sosok-sosok orang terkenal saat itu.
Suasana dalam pameran saat itu cukup ramai dengan beberapa rombongan kecil yang terdiri dari mahasiswa, pelajar sekolah menengah dan turis. Ada beberapa pengunjung yang dengan seriusnya mengabadikan lukisan-lukisan yang terpajang dengan kamera profesionalnya, sementara saya sendiri cukup berbekal kamera kantong yang sederhana.

Di antara pengunjung yang hadir, saya melihat seorang yang wajahnya tidak asing untuk saya. Pria berbaju batik itu adalah Prof. Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, mantan menteri energi dan sumber daya mineral di era presiden Suharto & Habibie. Jika saja ia dulu menjabat sebagai menteri lain mungkin saya tidak akan mengingatnya, namun bidang yang kebetulan ditekuni almarhum ayah saya inilah yang membuat saya hafal dengan wajahnya. Terlebih nama belakangnya yang mirip dengan nama almarhum ayah saya membuatnya mudah saya ingat.

Ketika pertama kali berpapasan, kami sama-sama mengangguk lalu melanjutkan aksi browsing kami masing-masing. Di saat lain, saat anak saya tengah mengabadikan saya dengan sebuah karya Raden Saleh, ia dan istrinya mendekati dan menanti kami menyelesaikan "sesi pemotretan" kami karena ia hendak mengabadikan lukisan tersebut seperti yang dilakukannya pada lukisan-lukisan lainnya disitu. Awalnya saya hanya hendak berterima kasih karena telah menunggu kami, namun saya tidak dapat menahan diri untuk meminta kesediaanya foto bersama saya. Ia sempat kaget namun dengan senang hati ia memenuhi permintaan saya. Yang membuat saya kaget justru setelah anak saya selesai mengabadikan kami, ia lalu meminta saya untuk mengabadikannya bersama anak saya.

Entah apa yang ada dalam pikiran anak saya setelah foto bersamanya, yang jelas saya senang sekali bertemu dengannya. Bukan hanya karena saya sempat "foto bareng" dengannya, namun ia juga telah memberikan kesempatan yang sama pada anak saya. Suatu hal yang sering tidak terlintas dalam benak saya ketika saya sedang mendapatkan apa yang saya inginkan.




Friday, June 1, 2012

MP Photo - Bangganya....

Pemilik mobil-mobil dr jakarta & jogja ini bangga ya....sampai bikin pengumuman. Ck ck ck....