Monday, June 4, 2012

MP Blog - Mantan Menteri


Hari Minggu siang yang lalu saya menyempatkan diri mengunjungi pameran lukisan yang bisa dibilang langka karena belum pernah diselenggarakan sebelumnya. Pameran lukisan karya-karya maestro Raden Saleh ini diselenggarakan di gedung Galeri Nasional, Jakarta Pusat. Seperti biasa, saya mengajak anak-anak saya untuk memperkenalkan kepada mereka seni yang saya anggap bagus.
Saya memang mengagumi karya-karya Raden Saleh terutama lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro dan beberapa lukisan perburuan singa yang telah membuatnya melegenda di dunia seni lukis.

Pameran yang diresmikan oleh wapres Budiono sehari sebelumnya memang baru akan dimeriahkan dengan berbagai ragam pagelaran seni budaya pada Minggu malam, namun saya memilih untuk tidak terjebak dalam keramaian yang mungkin memadati kompleks galeri tersebut. Jadi memang saya tidak mengharapkan melihat sosok-sosok orang terkenal saat itu.
Suasana dalam pameran saat itu cukup ramai dengan beberapa rombongan kecil yang terdiri dari mahasiswa, pelajar sekolah menengah dan turis. Ada beberapa pengunjung yang dengan seriusnya mengabadikan lukisan-lukisan yang terpajang dengan kamera profesionalnya, sementara saya sendiri cukup berbekal kamera kantong yang sederhana.

Di antara pengunjung yang hadir, saya melihat seorang yang wajahnya tidak asing untuk saya. Pria berbaju batik itu adalah Prof. Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, mantan menteri energi dan sumber daya mineral di era presiden Suharto & Habibie. Jika saja ia dulu menjabat sebagai menteri lain mungkin saya tidak akan mengingatnya, namun bidang yang kebetulan ditekuni almarhum ayah saya inilah yang membuat saya hafal dengan wajahnya. Terlebih nama belakangnya yang mirip dengan nama almarhum ayah saya membuatnya mudah saya ingat.

Ketika pertama kali berpapasan, kami sama-sama mengangguk lalu melanjutkan aksi browsing kami masing-masing. Di saat lain, saat anak saya tengah mengabadikan saya dengan sebuah karya Raden Saleh, ia dan istrinya mendekati dan menanti kami menyelesaikan "sesi pemotretan" kami karena ia hendak mengabadikan lukisan tersebut seperti yang dilakukannya pada lukisan-lukisan lainnya disitu. Awalnya saya hanya hendak berterima kasih karena telah menunggu kami, namun saya tidak dapat menahan diri untuk meminta kesediaanya foto bersama saya. Ia sempat kaget namun dengan senang hati ia memenuhi permintaan saya. Yang membuat saya kaget justru setelah anak saya selesai mengabadikan kami, ia lalu meminta saya untuk mengabadikannya bersama anak saya.

Entah apa yang ada dalam pikiran anak saya setelah foto bersamanya, yang jelas saya senang sekali bertemu dengannya. Bukan hanya karena saya sempat "foto bareng" dengannya, namun ia juga telah memberikan kesempatan yang sama pada anak saya. Suatu hal yang sering tidak terlintas dalam benak saya ketika saya sedang mendapatkan apa yang saya inginkan.