Monday, January 28, 2013

Sederhana Saja


Aku baru mendapat sebuah link yang dapat mengarahkan aku ke suatu situs dimana kita bisa mencari tau arti nama kita sendiri. Aku tidak menyambanginya karena aku sudah sejak kecil tau makna yang terkandung di balik namaku. Yang teringat olehku adalah saat seorang tanteku tiba-tiba merubah namanya dengan alasan nama yang disandangnya sejak lahir dirasa tidak menguntungkan jalan hidupnya. Ketika itu, aku masih sangat muda sehingga tidak mempedulikan hal tersebut dan cenderung menerimanya begitu saja. Namun setelah puluhan tahun berlalu aku mulai menganggapnya sebagai hal yang tidak masuk akal. Aku telah menyaksikan sendiri bagaimana hingga kini ia masih saja mengeluh atas hidup yang harus ia jalani. Lalu apa gunanya ia merepotkan dirinya dengan urusan penggantian nama di pelbagai dokumen seperti kartu nama, kartu keluarga dan lain sebagainya? Belum lagi jika ia mungkin masih berniat merubah namanya lagi.
Tentunya, orang tua kita telah sedikit banyak mempertimbangkan nama baik apa yang layak mereka berikan pada kita. Aku yakin akan sulit sekali menemukan orang tua yang dengan sengaja memberi anaknya nama yang punya arti buruk atau negatif.

Kepercayaan akan adanya dampak baik atau buruk dari nama yang kita sandang hanya satu contoh kasus saja. Aku sering mendengar cerita bagaimana orang begitu percaya akan hal-hal sepele, yang bisa saja tidak seharusnya berpengaruh banyak pada jalan hidupnya. Contohnya, ada tipe orang yang percaya pada penafsiran mimpi. Mimpi yang disebut-sebut sebagai bunga tidur dianggap sebagai pembawa pesan untuk pemimpinya. Artinya, mimpi bukan lagi sesuatu yang membumbui tidur kita tapi juga mempengaruhi perilaku di alam sadar kita. Lucunya, banyak juga orang yang terus mengambil keputusan dengan mengacu pada mimpi yang mereka dapati meskipun keutusan itu bertentangan dengan prinsip hidupnya atau hati nuraninya. Mimpi yang harusnya berakhir di saat kita terbangun kemudian malah memberi beban dalam pikiran kita seolah proses mimpi kita terus berlangsung.

Apakah hal-hal seperti ini benar atau sampai seberapa jauh kita ingin percaya pada hal-hal tersebut? Sementara aku berpikir bahwa kita bisa sedikit banyak  merancang mimpi, orang lain justru menyodorkan teori bahwa mimpi itu sendiri hadir sebagai sebuah pertanda. Jika dua hal tersebut dianggap benar, bukankah berarti kita bisa mengatur sendiri agar mendapat mimpi yang punya pesan yang bagus? Sebut saja mimpi digigit ular yang konon dipercaya membawa pesan mendapatkan jodoh. Mungkinkah mimpi seperti itu bisa hadir disaat sebuah potongan film dengan adegan yang menampilkan seseorang tengah dikepung oleh segerombolan ular, lalu ia berteriak-teriak kesakitan saat ia mulai digigit ular-ular yang menyerangnya, diputar berulang-ulang di dekat kita ketika sedang terlelap? Suara yang tertangkap kuping kita dalam keadaan di bawah alam sadar sangat mungkin diwujudkan dalam suatu mimpi yang cukup mewakilinya.

Sulit dipercaya?
Aku seringkali melakukan hal serupa dengan memutar secara berulang semalaman sebuah video konser musik hanya karena aku ingin tau bagaimana rasanya hadir dalam pertunjukan musisi yang bersangkutan. Mengapa sering saya lakukan? Karena 80% selalu berhasil. Mengapa bisa begitu? Karena dalam kondisi tertidur, otak kita tidak dipergunakan. Sehingga sangatlah mudah membuat otak bekerja dengan cara menjejali suara lewat indera pendengaran kita ke otak. Begitulah umunya cara kerja hypnotherapy untuk merubah suatu kebiasaan, seperti misalnya berhenti merokok. Suatu kebiasaan yang sulit dihilangkan kecuali dengan tekad yang sangat tinggi.
Lalu masih bolehkah mimpi yang kita dapatkan seperti itu dianggap sebagai pembawa pesan? Ataukah ada lagi ketentuan khusus yang perlu dipenuhi agar arti sebuah mimpi bisa dianggap sah dan berlaku?

Bagaimana dengan kasus pengambilan keputusan murni berdasarkan mimpi yang didapat? Sebutlah seseorang yang baru saja bermimpi digigit ular itu. Ia kemudian begitu percaya akan segera mendapatkan jodoh alias pasangan hidupnya, sehingga ketika beberapa hari kemudian ia diperkenalkan pada seseorang yg  menyatakan tertarik padanya, ia langsung menganggapnya sebagai jodoh yang dinantinya. Pernikahanpun dijalani tidak selang lama setelah perkenalan itu terjadi. Bagaimana jika kemudian yang ia dapatkan adalah sebuah pernikahan semu yang mengkandaskan segala bayangan indah dalam berumahtangga? Apakah sepantasnya ia menyalahkan dirinya sendiri atas pengambilan keputusan instan untuk menikah itu? Akhirnya ia pun harus ikhlas menjalani beratnya pernikahan itu. Akan lebih mudah baginya untuk menganggapnya sebagai bagian dari kalam yang telah tertulis untuknya.

Kepercayaan akan hal-hal yang bisa juga disebut sebagai tahyul terjadi di seluruh dunia. Kejatuhan cicak, mata yang kedutan dan memecahkan cermin adalah sedikit dari sekian banyak hal yang dipercaya sebagai pertanda oleh berbagai kultur di dunia. Tentunya akan sangat picik sekali jika kita sampai menganggap semuanya bukanlah pertanda karena tidak bisa dipungkiri bahwa semua itu masih mungkin benar adanya. Lalu sampai sejauh mana kita akan menyikapi hal yang dianggap sebgian orang sebagai tahyul? Sampai sejauh mana kita akan menganggap serius sebuah ramalan yang tidak didasari ilmu pengetahuan? Bahkan ramalan cuaca yang didasari oleh penelitian yang cukup akurat pun masih bisa meleset.

Orang lain boleh saja dan berhak mawas diri dengan cara mencari arti dari hal-hal yang terjadi disekelilingnya, dan menggunakannya sebagai sinyalemen atau pedoman dalam menentukan langkah berikutnya. Aku sendiri lebih suka menyerahkannya pada Yang Kuasa tanpa perlu sibuk mencari pertanda. Karena aku percaya, setiap kejadian yang berlaku di tiap detik kehidupanku merupakan suratan yang telah ditulisNya jauh sebelum aku dilahirkan. Dan semua itu adalah misteri yang tidak akan terbaca hingga waktunya terjadi. Aku tidak ingin mengkomplikasikan hidupku dengan mencari tau arti mimpi bahkan keterkaitannya dengan kejadian di masa depanku. Aku tidak mau membatasi ruang geraku dalam pengambilan keputusan atas apa yang perlu aku lakukan sehari-harinya. Aku juga tidak akan merubah namaku bila nasib hidupku tidak seindah yang aku harapkan. Hal-hal yang dianggap sebagai pertanda buruk, aku anggap sebagai pewarna hidup yang belum tentu punya arti apapun bagi masa depanku. Aku jalani saja waktu demi waktu dalam kehidupanku yang hanya sekali ini dengan melakukan apapun yang sesuai dengan situasi yang tengah aku hadapi. Sesederhana itu saja....

Que sera sera...