Monday, March 4, 2013

Menjalankan AmanahNya

Belakangan ini aku makin sering mendengar kasus anak hilang. Umumnya, saat mendengar atau menonton berita tentang hal seperti itu kita hanya bisa terperangah dan iba. Lalu ketika ada berita tentang anak hlang yang ditemukan dalam keadaan cedera atau bahkan meninggal dunia, kita mengutuk perbuatan keji dari sang penculik. Tapi apa yang kemudian kita lakukan untuk mengantisipasi hal itu sehingga tidak terjadi pada anak kita sendiri? Mungkin tidak terpikirkan.

Aku sering merasa kasian melihat anak-anak yang berjalan kaki sendiri, atau bersepeda, entah pergi ke sekolah atau pulang dari sekolah. atau berkeliaran sendiri, bermain-main di jalanan tanpa pengawasan orang dewasa. Aku iba melihat mereka berada di bawah teriknya matahari atau derasnya hujan tanpa payung. Bersusah payah mencoba menyebrang jalan yang lalu lintasnya begitu ramai sementara tak seorangpun yang meihatnya peduli. aku sering bertanya dalam hati, "Kemana orang tua mereka?"

Di lain waktu aku beberapa kali membahasa dengan teman tentang hal ini. jawabannya variasi. sibuk lah, membiarkan mereka menjadi berani lah, bahkan ada yang mengaku tidak menyadari kalau anak mereka keluar rumah tanpa izin. apapun jawabannya, aku lalu bertanya, apa yang akan mereka lakukan jika anak mereka tidak kembali ke rumah pada saat mereka seharusnya sudah di rumah? Apa yang akan mereka rasakan jika anak mereka tidak pernah kembali hingga larut malam dimana keberadaan anak mereka tidak diketaui? Apa yang akan mereka lakukan jika kemudian yang mereka dapatkan adalah berita bahwa anak mereka telah diculik atau ditemukan dalam keadaan yang tidak mereka kehendaki? Terlebih lagi bahwa saat ini, penculikan tidak harus mengarah pada penebusan dengan sejumlah uang namun bisa dilatar belakangi oleh pemerkosaan, dendam, bahkan penjualan organ tubuh yang artinya korban bisa kehilangan nyawanya.

Melatih anak agar tangguh memang perlu, selama tidak mempertaruhkan kesehatan apalagi nyawa mereka. menempa mereka agar berani juga layak dilakukan pada tempat dan waktu yang tepat. Aku selalu berpikir bahwa ketangguhan dan keberanian anak tidak harus ditanamkan dengan cara yang keras namun lebih efektif dilakukan dengan cara yang masuk akal. Apalagi di usia yang sangat muda, anak belum tentu pandai dalam menggunakan logika mereka. Keinginan mereka dalam banyak hal lebih didasari oleh ego dan tanpa pikir panjang. Tentunya sbagai orang tua, justru kita lah yang perlu menggunakan akal sehat sebagai pondasi dari kebijakan yang kita terapkan untuk mereka.

Orang tua bisa saja ingin membanggakan anaknya yang berani dan tangguh. Yang dari awal sudah terbiasa mandiri di pelbagai hal. Namun kehidupan keras di luar sana bukanlah tantangan yang pantas mereka hadapi tanpa pengawalan dan bantuan langsung dari orang tua. Aku yakin, sebesar apapun kebanggaan orang tua terhadap anaknya, tidaklah sebanding dengan tangisan darah yang dikucurkan mata orang tua saat kenasaan tragis telah terlanjur menimpa anak.

Temanilah anak kita sesering mungkin dalam banyak hal selagi kita bisa. Kita perlu meluangkan waktu untuk mendampingi anak agar kita tidak kehilangan momen-momen yang mungkin sangat berarti bagi anak kita. Mungkin kita tidak selalu harus membukakan jalan mereka namun kita layak berada disampingnya saat mereka mengambil keputusan yang salah agar kita dapat langsung mengkoreksinya. Kita patut berdiri di dekatnya saat mereka akan terjatuh dan mencoba meraih tangan kita. Sebelum semuanya terlambat.