Friday, August 7, 2015

Merendah Dalam Bersabar

Sudah beberapa hari belakangan ini aku mengalami keresahan yang (bisa dikatakan) cukup parah. Sebenarnya berada di posisi yang serba kesulitan dalam finansial seperti sekarang ini sudah sering aku alami dan tidak membuatku gundah, tapi hanya sesekali saja hal itu terjadi jika tekanan aku dapat ditambahi keluhan dari pihak-pihak yang harusnya mengerti keadaanku dan ikut bersabar menghadapinya. Di saat aku menunggu tagihan dariku yang terus menerus ditunda pembayarannya, tagihan-tagihan yang harus aku bayarpun tak berhenti berdatangan.

Ingin rasanya menutup kupingku agar tidak mendengar keluhan-keluhan itu, namun aku tau itu tidak akan menghentikannya mengeluh dan aku tak mungkin selamanya menghindarinya. Lagipula aku sadar bahwa hal itu sejujurnya justru memompa semangatku untuk berusaha lebih keras dalam mencari solusinya. Seperti halnya yang terjadi kemarin ketika aku berniat untuk tidak pulang ke rumah sampai aku menyelesaikan sebuah tagihan yang telah tertunggak dua bulan. Aku menjadwalkan kegiatanku pagiku untuk menyambangi klien-klien ku yang selama ini menunda pembayaran atas layanan jasa yang telah kuberikan. Panjangnya perjalanan yang harus aku tempuh tidak menjadi halangan buatku demi penyelesaiannya sebuah tunggakan tagihan yang harus beres di tengah hari. Sayangnya usahaku belum juga satupun berhasil, namun aku tak ingin kegagalanku itu menghalangiku untuk menyempatkan diri singgah di masjid kecil di sebuah jalan yang aku lalui. Dan di saat aku sedang berusaha ikhlas menerima kenyataan itu, seorang teman yang baru setahun kukenal dan menjadi akrab denganku menelponku dan mengajakku bersantai di sebuah warung kopi dimana ia sedang berada.

Aku menerima ajakannya karena aku memang butuh waktu sejenak untuk duduk tenang dan memutar otak mencari alternatif lain yang bisa menghasilkan uang. Mungkin saja temanku ini bisa juga memberi usulan solusi mengingat ia juga seorang pekerja independen yang terbilang sukses dalam menangani kegentingan finansial yang pernah dihadapinya. Lucunya, bukan usulan cara mendapatkan peluang yang aku dapat darinya, tapi justru tawaran pinjaman dana tanpa batas waktu pengembaliannya. Memang tidak seluruhnya tunggakan itu bisa tertutup oleh dana yang ditawarkannya, tapi setidaknya bebanku jadi lebih ringan. Wah...alhamdulillah sekali. Sekarang aku tinggal mencari cara untuk mendapatkan sisa dana untuk mengkumplitkannya. Pinjaman ini pun yang kemudian membuat aku lebih tenang dan mampu berpikir jernih untuk mendapatkan solusinya.

Singkat cerita, tunggakan tagihan itu aku bereskan tepat pada waktunya. Itupun aku lalui dengan bersabar dan merendah hati ketika pihak penagih berusaha memaksaku membayar sekaligus tagihan berikutnya yang akan jatuh tempo tiga hari dari sekarang. Meskipun dalam hal ini aku yakin aku lebih benar dari mereka, tanpa mengotot aku mencoba meminta dengan baik dan sopan pengertian mereka akan keadaanku, bahwa rezeki yang menjadi milikku tidak selamanya sebesar yang aku harapkan. Bahwa kendatipun aku belum tentu bisa membayar tagihan berikutnya dari mereka, selayaknya aku mensyukuri rezeki yang aku dapat untuk bisa menyelesaikan tunggakan kali ini, yang pada akhirnya dianggap cukup oleh mereka. Dan dalam perjalanan pulangku, aku terus menerus terkagum-kagum atas bagaimana Allah memberiku ujian dan cara mendapatkan solusinya. Amazing!