Tuesday, September 13, 2016

Maksa

Sekali lagi ini tentang pemaksaan dalam agama.
Sudah bertahun-tahun lamanya sejak kedua putraku beranjak akil baligh, kami selalu melakukan ibadah shalat Ied di hari Lebaran Haji bersama. Karena setelah acara ritual itu biasanya kami tak punya acara rutin yang mandatori, shalat Ied ini bisa kami lakukan dimana saja sesuai keinginan kami. Sesekali bahkan dilakukan di pelataran masjid yang jauh dari tempat tinggal kami dengan pemikiran sambil jalan-jalan menjajal tempat baru.

Kemarin ternyata mereka dipaksa pihak sekolah melakukan shalat Ied di sekolah. Bagi yang tidak hadir, meski dengan alasan yang diterima, tetap saja mereka tidak akan dapat nilai bonus yang mungkin kelak bermanfaat bagi para murid untuk mendongkrak nilai agama mereka. Ini berarti aku tak akan shalat bersama mereka, sementara kesempatan untuk salat bersama mereka itu jarang didapat. Untung saja tidak ada jadwal istimewa di keluargaku yang mengikutinya seperti halnya shalat Ied hari Lebaran Idul Fitri yang selalu langsung diikuti dengan acara ziarah ke makam kedua orangtuaku, sehingga aku masih bisa mentolerir urusan ini.

Yang membuatku kesal adalah bahwa pihak sekolah seolah menjadikan pelaksanaan shalat ini sebagai suatu kewajiban siswa-siswi-nya. Padahal (setauku) Islam tak pernah mewajibkan ummatnya untuk melakukan shalat Ied di tempat-tempat tertentu kecuali di pelataran masjid manapun.
Ini sama saja dengan peristiwa pemotongan hewan qurbanku beberapa tahun silam yang aku titipkan di sebuah masjid pilihanku yang berada di wilayah RT tetangga. Ketika itu ketua RT ku datang ke tempat tinggalku dan mempertanyakan mengapa tidak kutitipkan ke masjid di wilayah RT ku saja. Alasannya...agar yang menerima daging qurbanku adalah warga wilayah RT ku saja.

Aku heran saja...kenapa orang sering (seolah) memanfaatkan urusan agama buat kepentingan yang non-agama? Aku memang saat itu menitipkan urusan pemotongan itu di wilayah RT tetangga karena jumlah hewan qurbannya yang terbilang minim, bertolak belakang dengan yang ada di wilayah RT ku. Buatku, niat untuk menambah stok daging di wilayah RT tetangga itu cukup untuk membuatku senang. Masalah nantinya ternyata masih kurang mencukupi ya biarlah ditangani langsung oleh Allah. Intinya, aku tetap menjalankan kewajibanku tanpa melanggar ketentuan baku yang ada dalam Islam.

Maka...jadilah kemarin aku melaksanakan shalat Ied dan duduk mendengarkan khutbah Ied tanpa diapit kedua putraku seperti yang sudah-sudah. Ah....tidak asyik sama sekali... :(