Wednesday, November 8, 2017

Memburu San Ustadz

Ustadz Abdul Somad, Lc., MA adalah seorang ustadz yang saat ini sedang naik daun. Beliau bisa dalam waktu singkat menjadi kondang karena video-video dakwahnya yang tersebar dan menjadi viral lewat berbagai media sosial. Adalah seorang temanku yang sekitar empat bulan yang lalu memintaku menyimaknya di YouTube. Dan begitu aku kali pertama menontonnya, aku langsung menyukainya.

Dakwahannya lucu dan menghibur. Itu kesan pertama darinya yang membuatku tertarik. Tapi lebih jauh lagi, tak seperti kebanyakan pendakwah, beliau bukan tipe yang menggunakan unsur paksaan atau ancaman dalam memberikan petunjuk tentang visi-nya. Beliau lebih menyajikannya sebagai ilmu yang ia anut dan praktekan ketimbang sebagai yang seolah berdampak "dosa besar" jika tidak dilakukan. Inilah yang membuatku makin tertarik pada dakwahnya.

Semakin sering aku menonton videonya, semakin suka aku padanya karena ia terkesan sebagai sosok apa adanya yang sederhana. Cara bicaranya mengisyaratkan seperti itulah beliau bicara dalam kesehariannya yang bisa membuat lawan bicaranya di satu sisi terhibur dan tertawa, sementara di sisi lain mudah menyerap hikmahnya. Intinya, beliau bisa menjadi seorang teman bicara yang baik, yang bisa memberi nasehat dan mengkoreksiku tanpa membuatku kecil hati.

Nah, akhir minggu kemarin beliau melakukan tur dakwah yang kebetulan mencakup dua tempat di wilayah tempat tinggalku. Sontak aku langsung membuat agenda untuk menghadiri salah satunya yang diselenggarakan setelah waktu shalat Dhuhur. Meskipun aku sudah dianjurkan untuk datang pagi, aku tetap datang sekitar pukul setengah sebelas dengan harapan dapat tempat di dalam masjid  walau tak harus di shaf-shaf terdepan. Kenyataannya, aku hanya bisa dapat tempat di teras masjid hingga shalat Dhuhur dilaksanakan.

Untungnya, begitu shalat Dhuhur berjamaah usai, aku bisa ikut terdorong ke dalam masjid karena saking banyaknya jemaah di belakangku yang mencoba "memblesek" masuk. Namun itu hanya cukup menempatkanku di shaf bagian belakang tepat disebelah partisi pembatas yang memisahkan jemaah pria dan wanita. Adapun mimbar tempat beliau berkhatbah berada di belakang dua kamera video di atas tripot yang diletakkan di ujung partisi pembatas. Kondisi ini yang membuat pandanganku agak terhalangi sehingga aku harus sesekali menegakkan badan untuk dapat melihat beliau.

Tak puas dengan pengalaman ini, bersama temanku yang datang dari Bogor akupun berniat menghadiri acara dakwah beliau berikutnya yang diselenggarakan di masjid lain malam harinya seusai pelaksanaan shalat Isya. Yang tak kuketaui sebelumnya, berbeda dengan masjid pertama, masjid kedua ini hanya memanjang ke samping dimana jarak antara mimbar dan pintu masuk terbilang pendek yang hanya muat terisi tujuh shaf. Untung saja aku telah hadir sekitar pukul setengah lima sehingga bisa mendapatkan spot di shaf ketiga setelah begitu banyaknya jemaah yang memaksa masuk memadati masjid.

Sebenarnya, sebagian besar isi dakwahannya pernah aku dengar lewat video-videonya, namun mendengarnya secara "live" memberi kesan tersendiri buatku. Apalagi dengan berburu tempat dan rela berjubel-jubelan untuk menjadi bagian dari jemaah yang shalat dan berdoa bersama beliau di bawah satu atap, pengalaman ini sungguh berharga.
Apakah aku akan mau melakukannya lagi kelak bila ada kesempatan serupa? Ah...cukup kali ini saja...kecuali jika event-nya lebih istimewa. :)