Sialnya, ketika salah satu foto itu hendak aku kirim ke seorang temanku, juga lewat Whatsapp, aku justru mengirimkannya ke grup Whatsapp lainnya yang terdiri dari sekian banyak peserta yang setengahnya adalah wanita. Pasalnya, kamu Hawa disitu kebanyakan lebih cenderung akan menilainya sebagai tindakan yang tidak etis. Belum lagi kalau kemudian diikuti dengan penghakiman atau bahkan penuduhan yang bukan-bukan.
Aku sempat kelimpungan mencari cara untuk "nge-les" sebagai antisipasi dari protes yang bisa kapan saja segera dilemparkan. Untungnya, foto yang salah alamat itu bukan bersifat vulgar meskipun bisa membentuk sebuah penganggapan di benak siapapun yang melihatnya bahwa akulah pembuat foto tersebut yang mengartikan bahwa aku termasuk lelaki yang "nakal". Sempat aku berniat untuk meminta moderator grup untuk mencabut foto itu mengingat hanya ia yang punya wewenang atas hal itu. Namun aku urungkan niatku karena moderatornya pun seorang wanita. Kemungkinan besar ia akan dengan senang hati melakukannya jika memang ia menganggap foto itu tak layak bertengger disitu, hanya saja aku belum mampu untuk menanggung malu dalam memintanya.
Yang lebih menguntungkan adalah bahwa ada beberapa teman lelaki yang mengendus kesalahanku itu dan segera saling bersautan secara marathon sambil perlahan memanuverkan topik pembahasan. Alhasil, interaksi kami, sesama peserta lelaki, berakhir di pembahasan pembentukan bisnis baru di dunia kulineri, yang memang belakangan tengah diminati sejumlah teman wanita di grup ini yang kemudian juga "turun gunung" untuk ikut membahasnya.
Sementara setelah lebih kurang satu jam sejak kesalahan yang aku lakukan, foto itu dicabut oleh moderator.
Phew...sebuah polemik yang mungkin bisa selalu terjadi jika kita tidak berhati-hati ketika tengah aktif berinteraksi aktif dengan banyak pihak secara bersamaan. Yang penting diingat adalah bahwa kita harus siap dengan respon yang cerdik saat kita sedang terpojok.