Aku selalu suka film bertema perjalanan mengarungi waktu terutama ke masa lalu karena aku punya kesempatan untuk berkhayal tentang apa yang akan aku putuskan jika hal itu terjadi padaku. Tidak hanya aku bisa (berimajinasi) mengulangi kejadian-kejadian yang aku nikmati, aku juga merubah sikap dan tindakanku demi memperbaiki hari-hari yang kurang berkenan buatku. Tentunya dengan kesadaran penuh bahwa aku harus siap menerima segala konsekuensi dari perubahan yang aku lakukan. Kesannya cliché memang...namun hal itu melatihku untuk berkhayal tanpa batas sambil menggunakan logika. Jadi otomatis aku harus benar-benar memikirkan semua kemungkinan yang bisa terjadi layaknya cara berpikir seorang pemain catur kaliber Grand Master. Namun tak hanya itu, ketika aku mencoba merubah keadaan yang negatif, aku bisa saja dengan mudahnya kehilangan faktor-faktor positif yang merupakan efek dari keadaan yang negatif tadi.
Contohnya...aku mengalami hari yang begitu buruk dimana aku dipecat dari pekerjaanku karena kelalaianku yang terlalu parah. Kemudian dengan hati yang tengah gundah, aku tak berhati-hati dalam berkendara sehingga mobilku ringsek menabrak sebuah pohon yang mengakibatkan aku terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit. Jika aku bisa mengulangi hari itu, aku akan bekerja dengan lebih baik untuk menghindari kelalaianku agar tidak dipecat, hatiku tidak gundah dan aku tidak perlu dibawa ke rumah sakit.
Tapi...aku juga tidak akan berkenalan dengan wanita cantik yang telah begitu baik membantu dan mengantarku ke rumah sakit. Ia juga dengan setia menemaniku selama cederaku ditangani oleh pihak rumah sakit hingga aku sangat jatuh hati padanya.
Faktor terakhir itulah yang kemudian membuatku berpikir berkali-kali untuk menentukan sampai sejauh mana ke masa lalu aku akan kembali dan kemudian apa saja yang harus aku lakukan agar aku terhindar dari kejadian negatif namun tetap mendapatkan hal-hal positifnya. Tidak mudah, bukan?
Ada anggapan bahwa sepintar-pintarnya kita mencoba mensiasati keadaan, kita tak mungkin terhindar dari apa yang memang sudah digariskan buat kita dapatkan. Atau apa yang memang seharusnya bukan milik kita tidak mungkin bisa kita dapatkan meskipun kita melakukan berbagai trik. Anggapan lain adalah kebalikannya, dimana untuk mendapatkan atau menghindari sesuatu, ada jalan tertentu yang harus kita lewati. Sehingga selama kita belum menemukan jalannya, selama itu pula kita belum akan memperoleh apa yang kita harapkan.
Film-film semacam ini memang menyuguhkan berbagai teori yang tidak akan pernah terjawab kebenarannya. Sebagai sebuah tontonan yang sangat menghibur, film ini hanya melulu memberiku kesempatan untuk melatih otakku dalam berkhayal dengan lebih berhati-hati. Bisa saja tercetus suatu ide yang menurutku brilian karena kelihatannya masuk akal, namun pada kenyataannya aku mungkin akan merasa menyesal telah mencoba merubah alur cerita yang telah terlampaui sebelumnya. Pada akhirnya, bisa saja perjalanan hariku tetap dari poin A ke poin D dengan melewati poin B dan C. Hanya rute yang aku lewati saja yang berubah. Ibaratnya, aku bisa mendapatkan bonus dan promosi karena hasil kerjaku yang begitu hebat, namun di dalam kegiranganku aku tetap mengalami kecelakan. Atau ada hal lain yang menempatkanku hari itu pada situasi dimana aku tetap harus dibawa ke rumah sakit. Dan bisa saja aku tetap bertemu dengan wanita cantik itu tanpa harus mengalami kecelakaan.
Jadi...sebenarnya konsep pengulangan suatu waktu dengan tindakan yang berbeda itu belum tentu mengubah nasib kita yang tentunya sudah digariskan oleh Allah swt. Sejauh ini konsep itu hanyalah sebuah pemikiran yang selamanya (secara logika) tidak mungkin terjadi. Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, hal itu sangat entertaining buatku karena mengajakku untuk melatih logika dalam berfantasi. Suatu latihan yang sangat penting dilakukan sehingga tatkala kesempatan untuk kembali ke masa lalu dan mengubah sejarah itu menjadi nyata, setidaknya aku bisa meminimalkan kemungkinan bertindak ceroboh dalam mencoba meraih apa yang aku harapkan.
Aku tidak menyatakan bahwa fenomena tersebut mustahil, mengingat mungkin saja memang ada yang pernah (mengaku) mengalaminya. Bahwa itu kelak bisa aku alami...wallahu a'lam bishawab.