Mungkin kondisi hidupku saat ini adalah yang terburuk dari semua yang pernah kulewati. Ya...situasi finansialku belum juga membaik, bahkan bisa dibilang memburuk karena income yang kian menipis. Bagaimana tidak bila memang lingkup pekerjaan yang selama ini menjadi lahan andalan penghasilanku makin diselimuti masalah kegetiran pasar. Beberapa resource yang selama ini setia mensuplai proyek2 buatku tumbang dan gulung tikar karena tak kuat lagi menanggung beban finansial yang tak kunjung menjadi ringan. Hal itu otomatis melahirkan penganggur2 baru yang entah harus dioper kemana lagi.
Aku memang sibuk mencari celah proyek baru, tapi tidaklah mudah ketika modalku hanya dengkul dan doa. Ya...jangan kira aku tidak berdoa atau kurang memasrahkan diri kepadaNya. Aku tak ingin mengaku2 bahwa aku telah total ikhlas menerima apapun yang berlaku buatku karena bukan hak ku untuk menilainya. Tapi jujur saja, aku sudah mencoba bertahan untuk tidak mengeluh..sekalipun hanya di dalam hati. Berulangkali aku mengingatkan diri sendiri bahwa aku harus percaya pada kehendakNya. Percaya bahwa Dia telah memberiku yang terbaik buatku. Percaya bahwa cintaNya kepadaku selayaknya berbuah hanya kebaikan dalam segala hal yang aku lakukan.
Namun aku akui juga bahwa dahsyatnya masalah2 yang harus aku hadapi sangat mampu membuatku bagai orang kehilangan kewarasan. Bagaimana aku mampu meyakinkan diri aku akan disuguhi solusi di saat ketika yang akirnya aku dapatkan di ujung suatu jalan bukanlah hal yang aku tunggu2 namun justru keapesan yang aku harapkan bisa terindari? Kadang dalam keadaan terhimpit masalah yang tak bersolusi dan kepercayaanku padaNya, aku hanya bisa terduduk diam dengan pikiran dan pandangan mata yang kosong.
Ingin rasanya di saat seperti itu aku berwudhu kemudian menghadap kepadaNya dalam shalat, namun kekalutan hati dan pikiranku jelas tak memungkinkan aku untuk berkhusyu'. Sekali lagi, bukannya aku tidak ingin percaya bahwa menggantungkan harapanku dalam doa bisa memberi mukjizat...tapi bukan tidak perna pula gencarnya doa yang kupanjatkan tidak membuahkan solusi instan yang aku minta. Lalu bagaimana pula aku harus berikhlas menerima kondisi yang ikut menyudutkan nasib orang2 yang menjadi tanggung jawabku?
Di situasi seperti itu, ketika aku mendengar anjuran dan nasehat dari orang2 yang berusaha menenangkanku, aku cenderung merespon dalam hati dengan "Yeah..right! Easy or you to say 'cause you're not in my freakin' shoes". Sudah setaun terakhir ini aku lebih mengharapkan solusi yang solid dan nyata buat hari ini...bukan iming2an hari esok yang lebih baik. Jika aku tengah menjadi target bidikan senjata tentunya aku berdoa sekuat tenaga agar senjata itu meletuspun tidak. Tapi ketika peluru yang akirnya ditembakkan tetap berhasil tepat mengenai sasarannya, salahkah aku bila mempertanyakan keabsahan doa ku itu? Atau berasumsi bahwa ada yang salah dengan caraku memohon petunjuknya?
Ah...sudahlah. Kalau memang aku harus bersabar dan bersyukur, biarlah kesabaran dan rasa syukur itu kubawa ke liang kubur....