Aku masih tidak mengerti bagaimana kau bisa melakukan apa yang sejauh ini telah kau lakukan. Bagaimana kau menilai semua yang kau katakan selama ini salah. Sementara kau telah diberi pelbagai pembuktian atas keabsahannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apa mungkin justru ilmu dan pengetahuan kami yang ternyata salah?
Diantara sekian banyak keraguan kami atas kebenaran yang kau nyatakan, bisa saja apa yang kau ketahui memang lebih benar. Namun terlepas dari semua itu, aku sangat menyayangkan sikapmu yang (bagiku) hanya menandakan keangkuhanmu. Entah apa pula yang mendasarinya, kau bersikeras berdiri menantang apa yang kami kuatirkan akan menghempasmu terlalu jauh sehingga kami tak kan mampu menggapaimu dan menarikmu kembali.
Keaslianmu seolah sirna dalam lumpur hisap yang terus menjeratmu lebih dalam. Segala ketulusan dan kebajikanmu juga tidak tercerminkan dalam makna ucapanmu sekalipun kau tuturkan dalam bahasa yang tersantun. Mata dan hatimu bagai tertutup rapat untuk dapat menerima logika yang seyogyanya mudah dicerna oleh akal sehat. Di tempat kami berdiri, kau terlihat memilih untuk tidak beranjak dari kegelapan yang menaungimu. Kegelapan yang meredupkan pancaran sinar hidupmu yang dulu menyilaukan.
Lalu sebenarnya apa yang kau cari? Apa lagi yang masih kau perjuangkan di ruang yang suram itu? D tengah mereka yang tertawa dalam kebingungannya? Tidakkah kau menyadari niat tulus kami untuk membebaskanmu?
Jika kau tidak melihat kemampuan kami untuk menolongmu, mungkinkah kau sedikitnya menatap kami dengan penuh harap saat kau membutuhkan kami?
Waktu yang ada dalam genggaman kami tidaklah banyak. Kesempatanpun tidak selamanya kami miliki. Hanya doa tulus untukmu yang selalu dapat kami sampaikan kepadaNya. Dan semoga doa itulah yang suatu hari dapat mengembalikanmu ke jalan yang benar.