Belakangan ini aku makin sering mendengar kasus anak hilang. Umumnya,
saat mendengar atau menonton berita tentang hal seperti itu kita hanya
bisa terperangah dan iba. Lalu ketika ada berita tentang anak hlang yang
ditemukan dalam keadaan cedera atau bahkan meninggal dunia, kita
mengutuk perbuatan keji dari sang penculik. Tapi apa yang kemudian kita
lakukan untuk mengantisipasi hal itu sehingga tidak terjadi pada anak
kita sendiri? Mungkin tidak terpikirkan.
Aku sering merasa kasian
melihat anak-anak yang berjalan kaki sendiri, atau bersepeda, entah
pergi ke sekolah atau pulang dari sekolah. atau berkeliaran sendiri,
bermain-main di jalanan tanpa pengawasan orang dewasa. Aku iba melihat
mereka berada di bawah teriknya matahari atau derasnya hujan tanpa
payung. Bersusah payah mencoba menyebrang jalan yang lalu lintasnya
begitu ramai sementara tak seorangpun yang meihatnya peduli. aku sering
bertanya dalam hati, "Kemana orang tua mereka?"
Di lain waktu
aku beberapa kali membahasa dengan teman tentang hal ini. jawabannya
variasi. sibuk lah, membiarkan mereka menjadi berani lah, bahkan ada
yang mengaku tidak menyadari kalau anak mereka keluar rumah tanpa izin.
apapun jawabannya, aku lalu bertanya, apa yang akan mereka lakukan jika
anak mereka tidak kembali ke rumah pada saat mereka seharusnya sudah di
rumah? Apa yang akan mereka rasakan jika anak mereka tidak pernah
kembali hingga larut malam dimana keberadaan anak mereka tidak diketaui?
Apa yang akan mereka lakukan jika kemudian yang mereka dapatkan adalah
berita bahwa anak mereka telah diculik atau ditemukan dalam keadaan yang
tidak mereka kehendaki? Terlebih lagi bahwa saat ini, penculikan tidak
harus mengarah pada penebusan dengan sejumlah uang namun bisa dilatar
belakangi oleh pemerkosaan, dendam, bahkan penjualan organ tubuh yang
artinya korban bisa kehilangan nyawanya.
Melatih anak agar
tangguh memang perlu, selama tidak mempertaruhkan kesehatan apalagi
nyawa mereka. menempa mereka agar berani juga layak dilakukan pada
tempat dan waktu yang tepat. Aku selalu berpikir bahwa ketangguhan dan
keberanian anak tidak harus ditanamkan dengan cara yang keras namun
lebih efektif dilakukan dengan cara yang masuk akal. Apalagi di usia
yang sangat muda, anak belum tentu pandai dalam menggunakan logika
mereka. Keinginan mereka dalam banyak hal lebih didasari oleh ego dan
tanpa pikir panjang. Tentunya sbagai orang tua, justru kita lah yang
perlu menggunakan akal sehat sebagai pondasi dari kebijakan yang kita
terapkan untuk mereka.
Orang tua bisa saja ingin membanggakan
anaknya yang berani dan tangguh. Yang dari awal sudah terbiasa mandiri
di pelbagai hal. Namun kehidupan keras di luar sana bukanlah tantangan
yang pantas mereka hadapi tanpa pengawalan dan bantuan langsung dari
orang tua. Aku yakin, sebesar apapun kebanggaan orang tua terhadap
anaknya, tidaklah sebanding dengan tangisan darah yang dikucurkan mata
orang tua saat kenasaan tragis telah terlanjur menimpa anak.
Temanilah
anak kita sesering mungkin dalam banyak hal selagi kita bisa. Kita
perlu meluangkan waktu untuk mendampingi anak agar kita tidak kehilangan
momen-momen yang mungkin sangat berarti bagi anak kita. Mungkin kita
tidak selalu harus membukakan jalan mereka namun kita layak berada
disampingnya saat mereka mengambil keputusan yang salah agar kita dapat
langsung mengkoreksinya. Kita patut berdiri di dekatnya saat mereka akan
terjatuh dan mencoba meraih tangan kita. Sebelum semuanya terlambat.