Thursday, October 28, 2010

MP Blog - Jenuh


akhirnya kejenuhan itu hadir juga.
ia memang tidak pernah bersorak kegirangan saat semua rencana dapat tereksekusi dengan baik. ia justru mengambil sikap waspada jika suatu saat kegagalan mungkin menyusul tiap saat. dulu ketika semua yang diperjuangkannya berakhir dengan keberhasilan, rasanya seperti seolah ia berada di jalur yang tepat. bahkan ia bisa saja mengiyakan mereka yang berucap, "you can't go wrong from here". tapi ia lebih suka berhati-hati karena sadar masih banyak kerikil tajam di depan sana. secanggih-canggihnya kendaraan yang ditumpanginya pasti punya kelemahan. hanya saja tidak pernah ia duga bahwa kelemahan itu ada pada dirinya sendiri. sifat terlalu luwes dan percaya pada orang lain itu justru mematahkan irama langkahnya. lalu satu demi satu halanganpun mulai menampakkan diri dan memblokir jalannya tanpa memberikan banyak pilihan rute lain yang mungkin dapat dilalui. keputusan yang diambilnya mulai berdasar pada keterbatasan pilihan. dan akhirnya ia mulai sadar dirinya tengah berjalan di atas jalan setapak yang mungkin saja mengarah ke kebuntuan.

di tengah keraguan dan kebingungannya ia kemudian memperlambat langkahnya. tak mungkin lagi ia berlari disaat pijakannya terasa labil di atas tanah licin yang setiap saat dapat menjerumuskannya ke jurang yang dalam di sekitarnya. ia terus berjalan perlahan sambil mencari arah yang tepat. harapan mencapai dataran luas dan hijau bermandikan hangatnya sinar matahari itu hampir pupus oleh badai dan suara gemuruh halilintar yang masih setia menemaninya. pelangi yang dapat mecerahkan warna hidupnya belum mungkin muncul saat awam mendung  & tebal itu masih memayungi dirinya.

ingin sekali menghentikan langkahnya.... bukan untuk menyerah, namun ia butuh waktu dalam kesendiriannya untuk membebaskan diri dari kekalutan yang menghantui hatinya. mencoba menjernihkan pikirannya dan berpikir akan apa lagi yang bisa dilakukannya. bisikan suara hatinya masih terasa sumbang sehingga ia lebih suka mendengarkan suara air hujan yang mengguyur seluruh tubuhnya sambil lemas menundukkan kepalanya dan dengan tatapan mata yang kosong. badai yang tidak menampakan isyarat mereda itu boleh saja memperkeruh suasana hatinya, membuatnya makin tertatih, namun ia juga masih menaruh asa pada takdirnya. ia percaya kekuatan doanya kelak akan menghadiahkannya kesadaran akan makna dari semua yang telah dilaluinya.
masih ada semangat hidup yang tersisa dalam dirinya. dan iapun belum berhenti berjalan.....