Tuesday, June 18, 2013

Di Balik Kemerdekaan

Rupanya meskipun tidak selama masa pendudukan bangsa Kesatu, bahkan bila dibandingkannya sangat bisa terbilang jauh lebih pendek, namun masa pendudukan tentara Kedua dianggap telah meninggalkan luka yang begitu dalam bagi para pejuang kita.

Sekali lagi, hari ini aku mendengarkan penuturan seorang mantan pejuang yang mengisyaratkan betapa sangat besar harapannya untuk melihat kemerdekaan yang telah dicapai selama ini benar-benar memberikan manfaat baginya. Pagi ini beliau memang tidak mengisahkan tentang apapun yang telah terjadi selama masa penjajahan itu, namun beliau berpesan agar keutuhan bangsa ini dapat dipelihara sebaik mungkin sehingga tidak terjadi lagi masa-masa kelam yang dulu pernah dilaluinya.

Kemarin, saat sembilan pangti itu kembali berkumpul dalam suasana yang hangat di ibukota, mereka sempat bernostalgia dengan pelbagai cerita ringan di masa perjuangan mereka. Entah karena dirasa tidak tepat momennya atau memang tidak ingin menguak luka lama, tidak seorangpun menyinggung tentang pengalaman pahitnya di penjajahan tentara Kedua itu. Namun mendengarkan cerita-cerita mereka sambil mengingat kondisi mereka saat ini telah membuatku iba. Nyaringnya derai tawa mereka tidak mungkin menyamarkan beban moril yang masih mereka panggul di usia tuanya.

Sebelumnya, beberapa waktu yang lalu di tempat-tempat yang terpisah, sebagian dari mereka sempat silih berganti menceritakan betapa bertolak belakangnya kondisi alam merdeka dari yang mereka harapkan. Hasil dari perjuangan gigih mereka dulu hingga kini belum juga mereka cicipi. Gambaran atas hidup sejahtera di alam merdeka memang pernah ada, namun berangsur sirna seiring dengan memburuknya kondisi kesehatan presiden yang dahulu memimpin perjuangan mereka hingga akhirnya dijemput ajal. Sejak itu pulalah beban hidup mereka kian memberat dan perlahan menumbangkan kecemerlangan mereka satu demi satu. Apa yang dahulu mereka perangi harus mereka hadapi lagi di masa kemerdekaan di bawah kendali penguasa yang hanya memperjuangkan kepentingan pribadi dan kroni-kroninya.

Sudah saatnya impian mereka yang sempat memudar segera diwujudkan dan perjuangan mereka dibayar dengan penghargaan yang setinggi-tingginya. Mungkin kobaran api semangat perjuangan yang ada dalam diriku tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan yang mereka miliki dulu, namun aku berkiat meneruskan apa yang dahulu diperjuangkan oleh mereka dan presidennya. Perjuanganku bukanlah untuk aku melainkan untuk kemenangan mereka, presidennya dan para pejuang lain yang telah mendahuli mereka. Biarlah Tuhan menjadi satu-satunya saksi atas ketulusanku dalam memperjuangkan "amanah" dan membela hak-hak yang menjadi milik mereka. Aamiin.