Tuesday, July 8, 2014

Sinarnya

Tak seperti biasanya, di Jum'at pagi yang cerah kemarin, aku sudah melaju dengan motorku mengarah ke Timur kota dengan berharap bisa menyelesaikan urusan dengan pihak pemerintah daerah setempat sedini mungkin. Biasan sinar matahari yang terasa menghangatkan kulit lengan dan tangan dibalik manset dan sarung tangan yang kupakai mengingatkanku pada masa-masa ketika aku masih menjadi seorang mahasiswa di negeri seberang. Sambil menikmati kilauan sinarnya dari balik kacamata hitamku, aku teringat lagi hujaman kesilauan yang sama aku rasakan lewat kulit mukaku yang kering dan mataku yang memerah saat itu. Bedanya hanya ketika itu aku meluncur dengan kendaraan beroda empat di jalanan bebas hambatan yang lurus dan panjang mengarah ke arah Timur.

Aku dulu seringkali menjadi "destination driver" karena aku memang sejak remaja punya keahlian menahan ngantuk untuk waktu yang lebih lama dari teman-teman sepermainanku. Untuk waktu yang teramat lama setelahnya, ketahananku bahkan dapat pulih kembali cukup hanya dengan konpensasi tidur selama dua atau tiga jam saja. Pernah sekali, aku harus bolak balik ke sebuah diskotik hanya untuk menjemput dan mengantar sekelompok teman-teman yang sudah terintoksikasi minuman beralkohol sehingga tidak layak untuk mengemudikan mobilnya. Aku bisa mengendarai mobil di malam yang larut demi keselamatan teman dan di esok harinya ketika matahari sedang terbit demi kenyamanan teman yang lain. Aku sempat menyandang julukan "pembantu" karena kebiasaanku yang bangun paling awal dan tidur paling akhir diantara teman-temanku.

Aku dan sekelompok teman setanah air pernah menjalani suatu kehidupan yang teratur tapi tak biasa. Kami punya kegiatan rutin yang pastinya dianggap berlebihan oleh orang lain. Bukan kami menggunakan obat-obat terlarang atau bermabukan apalagi melakukan hal-hal uang asusila, namum sebaik-baiknya kegiatan apapun yang menjadi rutinitas kami, di hari-hari tertentu selalu berakhir di waktu yang larut di rumah mewah seorang teman yang merupakan salah satu tempat kami sering berkumpul. Rumah ini cukup besar dengan tempat parkiran dan halaman belakang yang sangat luas sehingga sangat nyaman dijadikan sebagai tempat untuk menghabiskan waktu kami. Letaknya cukup jauh di pedalaman, di sebelah barat kota-kota yang kami huni. Sayangnya, kami kurang bisa mengatur jadwal kegiatan kami dengan bijaksana sehingga setelah kami harus tertidur larut malam di rumah itu, kamipun masih punya kewajiban untuk kuliah di esok harinya. Maka disinilah peranku diandalkan dalam mengendarai mobil mengarah ke matahari yang baru mulai memancarkan cahayanya sementara teman yg lain melanjutkan tidurnya dalam mobil.

Flashback ini membuatku kembali tersenyum sendiri seperti ketika hal itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Aku mungkin memang banyak sekali melakukan aktifitas yang orang lain bisa menganggapnya sebagai sebuah kesia-siaan yang tidak bermanfaat buatku, namun aku merasakan kebahagian tersendiri ketika tengah menjalaninya. Tentu saja aku bisa melakukan hal lain yang mungkin lebih memberiku kenyamanan tanpa perlu bersusah payah memusingkan nasib orang lain, tapi "pengorbanan" seperti ini memberiku kegembiraan karena merasa dibutuhkan oleh orang lain. Hal yang membuatku sadar jika aku tidak hanya berperan sebagai seorang teman yang enak diajak bermain tapi juga teman yang peduli. Lalu sudah jadi apa dan kemana saja mereka sekarang? Entahlah...namun bahwa aku masih bisa menikmati hangatnya guyuran sinar matahari yang sama sekaligus menyilaukan pandanganku di Jum'at pagi kemarin itu sudah lebih dari cukup buatku...