Tuesday, December 23, 2014

Buruk Hingga Ke Tulang

Kemarin aku menonton sebuah film lama yang dibintangi Benyamin dan Hamid Arif. Seperti pada kebanyakan film mereka, karakter Hamid Arif sangat membenci karakter Benyamin hingga ia sempat menyebutnya sebagai Dajjal.
Lalu aku teringat obrolanku sekitar satu dekade lalu dengan seorang mantan housemate ku semasa aku di rantau. Pada masa-masa itu, kami memang seringkali harus melalui banyak kondisi yang memaksa kami mengambil jalan pintas demi bisa lolos dari segala kesulitan hidup. Dan jalan pintas ini memang bukanlah hal terpuji yang pantas ditiru meskipun kami selalu berdalih bahwa apapun yang kami lakukan tidaklah merugikan bangsa dan negara kami.

Temanku yang memang punya banyak teori yang sering sulit diterima oleh orang semacam aku, yang bisa dibilang sudah banyak merasakan pahit dan manisnya hidup, menceritakan bahwa Dajjal itu awalnya hanyalah manusia biasa yang mengikatlan diri pada kontrak dengan Allah swt untuk menjalani hidupnya sebagai mahluk terjahat sejagat raya selama 1000 tahun. Dengan status seperti ini, ia mendapatkan kekuatan yang hebat untuk melakukan segala kejahatan terhadap umat manusia. Dikatakannya bahwa meski masih jauh di bawah kehebatan Allah swt, namun kedahsyatan kemampuannya dalam merusak iman manusia menempatkannya di peringkat kedua. Artinya, di dunia kegelapan, dialah pemegang tampuk tertinggi.

Nah, temanku ini berkata bahwa saat itu adalah tahun ke 1000 dari masa kontrak yang dijalani Dajjal, sehingga sudah saatnya ada yang menggantikan kedudukannya dengan kontrak baru untuk 1000 tahun ke depan. Ia lalu bertanya apakah aku berminat untuk posisi tersebut dengan dalih aku bisa mempunyai kemampuan yang tak terdandingi selain oleh Allah swt. Ia sendiri tidak berminat karena menganggap aku lebih qualified mengingat saat itu aku memang lebih banyak punya kenekadan dalam urusan bermain api.
Aku tersenyum sejenak yang membuatnya bertanya-tanya. Kukatakan padanya bahwa tanpa menjadi Dajjal pun aku sudah pernah berada di sisi tergelap kehidupan...dan aku sukses melewatinya. Buatku, aku tidak perlu menjadi yang terburuk bagi umat manusia karena aku sudah cukup buruk dengan menjadi Dajjal bagi diriku sendiri. Dan temanku tertawa setelah teringat akan apa saja yang pernah aku perbuat dahulu.

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kelemahan mereka sebetulnya ada dalam diri mereka sendiri. Bisa saja Dajjal menjadi sosok jahat yang punya kekuatan hebat, namun bukan berarti kekuatannya tak tertandingi jika memang kita membiarkan Allah swt membantu kita dalam melawannya. Yang namanya buruk hingga ke tulang yang terdalam itu tentunya juga karena buruk ringan yang dibiarkan memberat. Kalau memang benar teori temanku itu, berarti bahkan Dajjal pun menjadi yang terburuk karena seperti itulah pilihan hidupnya. Dan tanpa harus menandatangani kontrak 1000 tahun, setiap orang mampu menjadi yang Dajjal bagi dirinya sendiri.


 .