Saturday, March 26, 2016

Berbunga-bunga

Pesan tayangan kakakku semalam di grup Whatsapp keluarga itu tak terlalu panjang tapi tak seorangpun dari kami bertiga yang mempertanyakannya. Padahal tak jarang pernyataan darinya mengundang pertanyaan dari kedua siblingku yang lain saking formatnya yang cenderung tak lengkap dan misterius. Aku sendiri biasanya sudah lebih mengerti makna yang terkandung dibalik pernyataan-pernyataannya karena kami (biasanya) sudah membahasnya terlebih dahulu lewat jalur pribadi. Bahkan ia kadang perlu meminta pendapatku tentang bagaimana menyampaikannya di grup kami ini...meskipun nantinya tetap saja ia sajikan dengan caranya sendiri.

Isi tayangannya begitu sederhana dan to the point. Buatku, sepertinya yang membuat pesannya mudah diterima dan dicerna oleh kami bukanlah kesederhanaan itu tapi justru kepasrahan kami atas apapun yang akan terjadi dengan nasib perusahaan tambang mendiang ayah kami yang sejak mangkatnya almarhum telah kami, khususnya aku dan kakakku ini, perjuangkan untuk bisa bertahan menghadapi dampak negatif dari aturan pemerintah yang sejak diberlakukannya tahun 2014 silam telah menumbangkan puluhan perusahaan tambang lokal. Dampak yang telah menganjlokkan nilai-nilai jual hasil tambang di pasar dunia ini akhirnya berpengaruh juga bagi kelangsungan hidup perusahaan ayah kami.

Pesan kakakku yang dimulai dengan "Bad news" ini menjelaskan bahwa akhirnya perusahaan ini hanya dinilai impas untuk melunasi hutang-hutang perusahaan yang ditimbulkan oleh pimpinan perusahaan terdahulu setelah kiatnya untuk membangun kerjasama dengan pihak lain berakhir dengan kebuntuan. Nilai yang milyaran jauh di bawah nilai kandungan hasil bumi yang dikuasainya ini tentu layak membuat kami shock. Sudah pada tempatnya jika pemberitauan dari kakakku mendorong kami untuk mempertanyakannya padanya sebagai suatu aksi "tidak percaya" atau bahkan "tidak terima". Namun kesan yang semalam aku dapatkan dengan membaca respon-respon dari kedua siblingku yang lain adalah suatu wujud keikhlasan.

Perjalanan kami melewati masa-masa kritis dalam memperjuangkan apa yang dahulu dirintis mendiang ayah kami memang luar biasa. Untuk kesejahteraan masa depan kami memang pasti...tapi mungkin yang dahsyat justru kami juga berusaha mewujudkan cita-cita beliau menyantuni ribuan mantan karyawan perusahaan BUMN yang pernah dipimpinnya selama puluhan tahun sebelum lebih kurang satu dekade kemudian ia mendirikan perusahaan ini. Mungkin memang akan menjadi sesuatu yang super dasyat jika hal itu akhirnya bisa kami realisasikan, namun bahwa dengan mengusung amanah almarhum sepanjang perjuangan kami justru memberi rasa manis dalam kebuntuan yang kami hadapi saat ini.

Keteguhan kami memperjuangkan amanah itu seolah membiaskan suatu cahaya terang dan aroma yang harum ketika dipadukan dengan keikhlasan kami menerima kenyataan yang mungkin dirasa pahit bagi orang-orang yang mengincar keuntungan materi keduniawiannya. Kedua siblingku hanya merespon dengan pengharapan bahwa kelak kami mendapat sesuatu yang bermanfaat dengan keadaan ini. Entah impian apa saja yang pernah dimiliki oleh mereka, namun terasa sekali bahwa berita ini diterima dengan ikhlas dan legowo tanpa diiringi nada kekecewaan. Aku mengindikasikan keikhlasan itu karena itulah yang aku rasakan. Terlepas dari kegagalan atas segala usahaku menyelamatkannya, aku merasa lega bahwa akhirnya aku sampai di ujung jalan. Bahwa aku tak mungkin meneruskan perjalananku tentunya sudah jelas karena disitulah jalan itu berakhir...bukan karena aku tak punya kekuatan atau keinginan untuk berjalan.

Sudah terlalu lama aku diombang ambingkan ketidakpastian akan nasib perusahaan ini. Sudah sekian kali usahaku disini gagal karena pihak lain. Sudah banyak aku bertemu mereka yang serakah, yang dengan egoisnya ingin menjadikan perusahaan ini sebagai mesin uang baginya. Melelahkan sekali. Karena itulah terhentinya aku disini terasa melegakan sekali. Aku tak kecewa karena aku sudah bekerja maksimal. Aku puas dengan effort yang telah aku berikan. Dan kalau memang akhirnya harus begini ya aku bersyukur alhamdulillah karena aku masih diberi kesempatan untuk merasakan manisnya akhir perjalanan panjang ini. Kelak aku (dan siblingku) mungkin masih mewujudkan harapan mendiang ayahku dengan cara lain dan lewat jalan yang berbeda. Dan ketika itu terjadi, aku yakin aku akan lebih berbunga-bunga lagi.

Yaa Allah...terima kasih atas segala berkah, kekuatan dan kesabaran yang telah Kau limpahkan selama perjalanan ini sehingga aku bisa sampai disini. in shaa Allah apa yang aku dapat memberiku pelajaran yang sangat bermanfaat bagi hidupku kelak...aamiin.