Tuesday, June 7, 2016

Left Group

Satu dari tiga grup WA yang aku ikuti adalah grup alumni SMP ku. Mungkin grup inilah yang paling seru untuk diikuti mengingat sekitar enampuluhan anggotanya yang seumur dan pria semua (SMP ku hingga sekarang adalah sekolah pria). Jadi kami begitu bebasnya berinteraksi tanpa harus membatasi topik pembahasan yang (bisa) menyinggung kaum hawa dan/atau anak-anak. Dari topik ringan dan guyonan yang sering nyelekit dimana kami saling meledek dengan sadis, sampai ke hal-hal yang sangat serius tentang politik, ekonomi dan sosial, bahkan subyek yang vulgar.
Meski sudah sering diingatkan untuk tidak menayangkan postingan yang berbau kampanye politik atau mengumbar nafsu syahwat, namun tak jarang ada saja yang melanggarnya. Konsekuensinya ya ditegur anggota lainnya yang akhirnya kembali ke kebijaksanaan para pelakunya sendiri dalam menanggapi teguran-tegurannya.

Yang aku hargai dari admin-nya adalah bahwa ia tak suka dengan para anggota yang tau-tau meninggalkan grup ini tanpa pemberitauan terlebih dahulu. Kesannya jadi seperti tidak tau etika kesopanan karena pergi tanpa pamit. Aku yang juga pernah ingin sekali left group karena sudah tak tahan membaca postingan kampanye politik yang sempat santer membombardir grup ini. Pasalnya, postingan-postingan itu sifatnya sudah black campaign dan sama sekali tidak bermanfaat untuk dibaca. Namun saat itu, sang admin memintaku untuk bersabar sementara ia mencoba untuk memberi peringatan pada pemosting lewat japri demi menghindari perdebatan dalam grup. Maka akupun left group selama seminggu dengan alasan sedang menservis hp ku...hanya untuk menenangkan diri sementara.

Sejak kembalinya aku ke dalam grup itu, aku lebih suka melulu menyimak tanpa berkomentar. Kalaupun berkomentar, itu karena ada hal yang perlu aku luruskan atau ada info penting yang aku rasa perlu dibagi. Aksi seperti ini juga dilakukan oleh beberapa teman yang punya penilaian sama terhadap grup ini tapi tetap bertahan dengan harapan bisa mendapatkan info atau ilmu yang bermanfaat. Sementara itu, hingga saat ini mungkin sudah ada sepuluh anggota yang hengkang dengan alasan tidak mampu lagi menikmati konten dari grup ini. "Isinya dan bahasanya sudah kayak stensilan aja. Malu lah gue kalo sampe kebaca anak, bini gue", ujar seorang teman yang telah left grup beberapa bulan yang silam.

Malam ini, selepas waktu maghrib hari pertama Ramadhan, ada sebuah postingan gambar seorang wanita yang tengah memotret, dengan mengenakan rok tanpa dalaman, dalam posisi yang sedemikian rupa sehingga kemaluannya terekspos. Gambar ini tak separah gambar-gambar vulgar yang pernah dipasang dan menuai kecaman dari sebagian kecil anggota grup, namun aku cukup kaget melihatnya. Memang jam postingannya sudah lewat waktu berbuka puasa, tapi aku atau teman-teman Muslim lainnya bisa saja baru melihatnya esok hari ketika kami tengah berpuasa. Meski sebelumnya sudah diingatkan agar tidak ada postingan semacam ini selama bulan puasa, bahwa pemostingan ini tetap terjadi membuatku merasa tidak dihargai.

Dan akhirnya...setelah bertahan selama dua bulan sejak left group yang seminggu itu, dalam sebuah kalimat pendek, aku berpamitan pada semua anggota untuk meliburkan diri dari keikutsertaanku dalam grup ini selama bulan Ramadhan. Aku hanya menyebutkan alasannya lewat japri ke sang admin dengan harapan ia bisa mengerti prinsipku. Entah aku akan diizinkan bergabung lagi atau tidak pasca Lebaran, semua aku serahkan pada kebijakan sang admin. Yang pasti, paling tidak aku ingin berusaha menghindari diri dari hal-hal yang bisa membuat ujian Ramadhan-ku jadi lebih berat lagi.