Thursday, March 9, 2017

Sebuah Perjalanan Musik

Grup band SMA angkatanku yang aku ikuti sejak sekitar dua tahun terakhir ini rencananya akan tampil lagi untuk ke tiga kalinya pada ajang yang sama di venue yang sama pula, Hard Rock Cafe, Jakarta hari ini. Sebenarnya kami tak seharusnya dapat jatah tampil untuk ajang yang digelar per enam bulanan ini karena sesuai dengan aturan yang ada sebelumnya, setiap band yang telah tampil dua kali berturut-turut tidak diperkenankan ikut di satu ajang berikutnya. Nah, dengan keikutsertaan kami di ajang kedua dan ketiga yang lalu, otomatis kami harusnya, dalam istilah kepanitiaannya, meliburkan diri di ajang keempat ini, dan akan boleh kembali ikutan di ajang yang kelima bulan November depan.

Buatku, aturan ini sangat bisa diterima mengingat makin banyaknya band yang berminat ikutan di setiap ajangnya sehingga semua bisa berkesempatan menjadi bagian dari sejarah perjalanan ajang pagelaran musik band alumni sekolahku ini. Lagipula aku juga dengan senang hati bersedia rehat dan hanya datang sebagai penonton saja, atau aku bisa tampil dengan formasi band dan genre yang berbeda. Hitung-hitung semacam refreshing saja. Belum lagi fakta bahwa ajang kali ini kembali akan digelar di venue yang sama. Padahal, pada meeting pasca ajang terakhir bulan november lalu, telah disepakati bahwa ajang berikutnya akan diselenggarakan di venue lain yang dinilai lebih baik.

Sekedar info saja, segenap keluarga besar komunitas band alumni kami ini sebenarnya sempat sangat kecewa dengan kerjasama yang kami jalani dengan pihak venue di ajang-ajang yang silam. Dari kurang baiknya penanganan teknis seputar sound system hingga pemungutan dana f&b yang dilakukan pihak venue secara terselubung dengan memanfaatkan para tamu yang sebagian besar para alumni yang sukses dan sebagian cenderung ingin mengekspos kesuksesan mereka dengan cara menghambur-hamburkan uangnya selama ajang ini berlangsung. Hasilnya, ada saja suara kekecewaan datang dari tetamu yang saat itu merasa dianak tirikan oleh pihak venue, misalnya tidak dilayani kecuali bersedia membayar lebih dari yang seharusnya dibayar, atau tidak mendapatkan tempat duduk (yang disepakati sebelumnya harusnya disediakan secara gratis) jika tidak mengeluarkan biaya yang dipungut tanpa sepengetauan panitia acara.

Namun...semua jadi berbeda karena tahun ini sekolah almamaterku genap berusia sembilanpuluh tahun. Nah karena ajang ini memang bagian dari rangkaian acara peringatan momen bersejarah itu, dirombaklah pakem-pakem yang sudah ada di banyak sektor. Mulai dari penetapan venue yang sama lagi, diizinkannya band apapun untuk tampil meski telah ikutserta di dua ajang terakhir seperti halnya band ku, hingga diberlakukannya konsep "Tribute of". Aturan baru yang juga ditetapkan adalah bahwa setiap personil tidak diperkenankan bermain di lebih dari satu grup band. Aturan inilah yang mungkin mem-backup-i diizinkannya band-band seperti bandku tampil lagi. Dampaknya buat personil seperti aku, yang di ajang terakhir sempat tampil dengan dua band yang berbeda, kali ini harus memilih band mana yang ingin diikutsertai. Dan orang seperti aku yang bermain di dua grup dalam satu ajang ini jumlahnya tidak sedikit.

Dari awal, aku sebenarnya tidak antusias untuk tampil dengan band angkatanku karena sama sekali tidak ada wacana itu sejak November lalu. Hanya saja, aku tak mungkin tidak menerima ajakan bandmates ku untuk ikutan lagi kali ini. Mereka bahkan sangat senang dapat kesempatan tampil lagi jauh lebih awal dari yang direncanakan mengingat penyelenggaraan ajang ini dimajukan dari Mei. Di lain sisi, band ku yang satu lagipun tak mungkin tampil karena para anggota lainnya (terpaksa) memilih menjadi bagian dari band-band lain yang akan berpartisipasi juga hari ini. Maka jadilah aku kembali ikut merencanakan pemetasan kami meski untuk kali ini, gitaris kami sudah menyatakan akan absen dari sejak awal karena bentroknya jadwal dengan urusan kerjaannya.

Secara berkala kami menjalani pelatihan dengan segala keterbatasan kami. Sangat jarang sesi latihan band kami dihadiri semua anggotanya. Kalau lengkap pun, artinya dengan posisi gitaris yang hingga minggu lalu masih kosong. Yah...segala kekurangan ini yang membuatku makin tidak yakin kami akan tampil dengan baik. Rasanya malas sekali aku menjalani sesi latihan yang tak kunjung membuahkan hasil yang membaik. Apalagi menurutku, besarnya antusias bandmates ku tak diimbangi dengan effort berlatih yang optimal. Mungkin bagi mereka, tampil di ajang seperti ini bagaikan sekedar cari fun saja. Tapi bagiku, momen seperti ini akan selalu meninggalkan kesan berarti dalam hidupku, sehingga aku tak ingin hanya sekedar tampil bak layaknya naik panggung secara spontan di acara-acara keluarga, kelurahan, interen kantor atau semacam itulah pokoknya.

Minggu lalu, di tengah kesibukanku menjalani persiapan tampil yang melulu didasari azas solidaritas terhadap bandmates ku, tiba-tiba aku dikontak oleh kakakku yang memberi update terkini tentang usaha yang kami rintis bersama sekitar enam tahun lalu, sekaligus menugaskanku untuk menindaklanjutinya dengan melakukan kunjungan ke luar kota selama dua hari mulai hari ini. Wah...sudah sewajarnya bila ada rasa senang mengingat usaha ini sempat terkatung-katung tanpa kejelasan selama tiga tahun lebih. Jika saat ini ada secercah harapan baru yang tersaji di depanku, apalagi aku berkesempatan untuk pergi jauh meninggalkan sejenak kehidupanku yang kian semu di kota besar yang makin membosankan ini, selayaknya aku merasa overwhelmed.
Namun kegembiraanku tak terasa full...

Yang kemudian menyita pikiranku adalah bagaimana aku mengabarkan kepada bandmatesku bahwa aku akan berhalangan untuk ikut tampil mengingat tugas ini mutlak tak mungkin aku tolak. Bahwa pada akhirnya setelah bertahun-tahun bersusah payah mencari dan menunggu kesempatan untuk bertemu para pejabat setempat yang berwenang, tiba-tiba peluang itu datang. Tapi bagaimana mungkin aku mundur begitu saja setelah sekian lama justru akulah yang selama ini memotivasi yang lainnya dalam melakukan persiapan penampilan kami? Di satu sisi aku punya komitmen terhadap band ku. Sementara di sisi lain aku juga lebih dahulu membuat komitmen pada semua pihak yang sejak awal menjadi bagian dari usaha yang aku jalani bersama kakakku itu. Belum lagi ribuan orang yang nasibnya bergantung pada usaha ini.

Akhirnya memang fakta ini tidak mungkin tidak ditelan bandmates ku dengan penuh kekecewaan. Dan akupun telah siap menerima kenyataan bahwa jika sampai batal tampil, aku tak urung akan jadi penyebab utamanya. Namun fakta ini sama sekali tak melenturkan kebulatan tekad mereka untuk tetap tampil meski jika nantinya mereka tak menemukan penggantiku. Ini yang lalu membuatku kembali bersemangat untuk tetap andil dalam membantu persiapan mereka termasuk mencarikan pengganti ku dan gitaris ku. Dan alhamdulillah, sehari setelah berita penugasan itu aku terima, aku juga berhasil meminang seorang adik kelas untuk mengisi posisi gitaris yang sebenarnya berencana untuk off di ajang ini karena besok pagi harus terbang ke New York mengurus kerjaan kantornya. Aku juga berhasil membujuk panitia agar memberi lampu hijau bagi seorang bassis dari grup lain untuk juga bermain di grup ku mengingat situasiku yang bisa dianggap Force Majeure ini.

Lucunya...manuver cepat di tengah kegentingan ini justru memompa antusias dan semangat bandmates ku, sehingga di minggu terakhir kemarin tiga kali latihan yang dilakukan dihadirin semua bandmates ku termasuk para musisi penggantinya. Effort berlatih mereka juga lebih besar dari yang pernah mereka berikan selama persiapan menuju ajang-ajang sebelumnya. Aku melihat bagaimana mereka lebih mudah menerima kritikan dan lebih berusaha memperbaiki kekurangannya. Karena itulah latihan mereka jadi terasa lebih kritikal dan memberi manfaat lebih banyak bagi persiapan mereka. Sepertinya memang untuk menuju ke ajang ini, perjuangan kami semua lebih berat. Hasilnya, latihan terakhir semalam berakhir memuaskan...yang pasti buatku. Mereka menyatakan lebih siap dan bersemangat ketimbang menjelang ajang-ajang yang lalu. Ini yang menimbulkan adanya sedikit kekecewaan dalam diriku atas akan absennya aku menjadi bagian dari penampilan mereka nanti malam.

Tapi tak mengapa...
Jalan yang sedang kami lalui memang berbeda dan masih belum terlihat ujungnya. Sejauh ini ada kekecewaan dan ada juga kepuasan yang kami dapat. Kami dapat masalah, kami pun dapat solusi dalam mengatasinya. Hal-hal yang tidak diharapkan terjadi bisa setiap saat menjadi penghalang di depan kami. Aku tidak tau akan bagaimana hasil dari perjalananku dalam mengemban tugas ini, dan aku tidak tau juga akan seperti apa penampilan mereka nanti malam. Para penggede yang akan aku temui bisa mendadak berhalangan, sementara masalah teknis dan sound system juga masih bisa jadi batu sandungan buat penampilan grup band ku. Yang aku tau, semua sudah diatur sempurna olehNya. Jadi kun fayakun...aku hanya perlu berikhtiar dan bertawakal saja.