Wednesday, March 15, 2017

Seteguk Air

Hari ini aku pergi lagi ke gedung Setiabudi dengan menggunakan layanan Gojek. Dan seperti yang sudah-sudah, seusainya urusanku disana aku selalu berjalan kaki sekitar satu setengah kilometer untuk sampai ke titik ideal buatku memesan layanan Gojek kembali ke rumah. Hal ini perlu aku lakukan guna menghindari rute perjalanan yang memutar agar aku bisa berhemat di ongkos Gojek-nya.

Nah, kebetulan siang tadi langitnya sangat cerah sehingga sinar matahari-nya terasa menyengat dan udaranya cukup terasa panas. Sebenarnya aku tak berencana untuk jajan makanan atau minuman, karena aku memang bawa uang pas-pasan, apalagi biasanya di daerah komersial dan perkantoran seperti disitu harga-harga panganan bisa lebih tinggi dari umumnya. Namun perjalanan panjang itu membuat perut kosongku yang memang belum terisi sejak pagi seolah tak mau diajak kompromi ketika aku melewati sebuah gerobak gorengan. Untung saja harga gorengan tersebut masih normal sehingga aku memutuskan untuk membeli tiga potong risol buat sanguku selama berjalan kaki.

Sanyangnya, tak satupun kutemui tempat yang menjual air mineral dalam kemasan gelas. Ukuran kemasan air mineral terkecil yang mereka sediakan adalah botol 500ml. Koq lucu ya...seolah semua pedagang disitu kompak tidak menyetok kemasan gelas bermerk apapun. Jadi bisa dikatakan bahwa siapapun yang butuh air mineral harus mau membayar untuk kemasan botolan meskipun tak sebanyak itu air yang mereka butuhkan.

Jujur saja aku sangat butuh minum saat itu, namun dilain sisi aku tak perlu air sebanyak satu botol untuk mengimbangi tiga potong gorengan yang tengah aku makan. Lha wong gorengan saja hanya kubeli sesedikit itu demi menghemat biaya dan itupun karena perut yang sudah bersenandung, bagaimana mungkin aku harus merogoh kocek lebih banyak untuk jumlah air yang tak kubutuhkan? So...aku memenangkan ego-ku dengan menahan haus selama perjalanan pulangku.

Dalam keadaan yang sedikit beda dimana aku punya dana lebih, aku yakin aku tak akan berpikir dua kali untuk membeli sebotol air minum. Kalaupun tak habis diminum saat itu, aku kemungkinan akan menyimpan sisanya untuk waktu yang lain. Tapi aku memang tadi terjepit diantara kebutuhan dan kemampuan membeli yang saling tidak mendukung satu sama lain. Keinginan untuk melepaskan diri dari dahaga yang sempat menggila harus aku abaikan demi mendukung program penghematan yang dtaku jalani.

Tenggorokanku memang sempat terasa amat seret, tapi air gratisan yang kuteguk sesampaiku di rumah menjadi terasa jauh lebih nikmat dan melegakan. Memang kemenangan yang didapat lewat perjuangan berat biasanya terasa lebih manis...