Thursday, October 26, 2017

Kehebatannya

Kakakku yang sulung ini memang sungguh istimewa. Istimewa karena ia punya sifat, tabiat, sikap, perangai atau apalah yang mau disebut, yang lain dari pada yang lain. Itu bisa berarti berdampak positif ataupun negatif untuknya sendiri, keluarganya, dan orang lain. Otaknya sangat amat encer, dan hal ini sudah dimilikinya sejak di bangku SD dulu. Buktinya ia, minimal, selalu menduduki peringkat tiga yang teratas dalam pencapaian prestasi tiap tahunnya. Ia sudah lumayan fasih menguasai bahasa Inggris di kelas dua SD. Tak lama pula setelah ia dikenalkan pada Tabel Unsur Kimia pun ia langsung hafal semua unsur di luar kepala, lengkap dengan posisi dan jumlah ion-ion yang dikandungnya. Selepasnya SMA, ia dengan mudahnya langsung lolos ujian seleksi masuk ke perguruan tinggi dengan mendapatkan tempat di kampus pilihan pertamanya di Bandung.

Apa yang kemudian terjadi setelah itu memang sama sekali tidak seperti yang diharapkan orangtua kami, tapi bukan berarti ia tak menyukainya. Pilihan arah yang ditentukannya di tiap persimpangan jalan hidupnya terlihat ekstrim namun rupanya ia tentukan dengan penuh pertimbangan akan segala konsekuensinya. Kami sekeluarga sempat berpikir bahwa keputusannya untuk menikah tidak tepat karena terkesan buru-buru sebelum ia mengenal betul calon istrinya. Tapi pernikahan itu telah diarunginya selama tiga dekade lebih dengan dikarunia empat anak lelaki yang kini semuanya sudah menjadi orang-orang yang sukses di pekerjaan dan sekolahnya. Dan semua kesuksesan itu tak lepas dari konsep hidupnya yang hingga kini masih sering kami anggap aneh dan tak lazim.

Hebatnya...ia bukan tipe orang yang cenderung menampilkan kehebatannya di depan umum. Ia sangat mengerti teknologi karena ia juga pernah menggeluti bidang IT sebagai bisnisnya, tapi ia tidak memanfaatkannya untuk mempromosikan data dirinya. Pernah sekali seorang Laksamana Sukardi terkagum-kagum atas kepintaran kakakku ini seusai mendengarkan presentasinya tentang lahan tambang yang izinnya dipegang oleh perusahaan ayah kami. Ia pun sempat mempertanyakan tentang sosok kakakku ini pada mediator yang mengenalkan pada kakakku hanya karena ia tak pernah mendengar nama kakakku di dunia bisnis dan ekonomi sedangkan ia mengira ia mengenal semua orang pintar yang ada dalam dunia bisnis di tanah air. Well...bagaimana ia bisa mendengar nama kakakku ketika data dirinya tidak pernah diekspos bahkan di dunia maya, wadah paling efisien bagi setiap orang untuk menjual diri?

Ketika ada yang mencari data dirinya dengan menggunakan nama kakakku sebagai keyword-nya, mungkin yang akan tampil hanya satu dua situs yang dibuat orang lain yang kebetulan mengikutsertakan nama kakakku, seperti situs silsilah keluarga yang pernah aku buat. Itupun tak dapat diakses tanpa izin dariku sebagai pembuatnya. Tak ada facebook, google account, linkedIn, blog atau media sosial miliknya. Kalaupun ia punya alamat email, tak mengandung nama lengkap apalagi fotonya.
 
Begitulah kakakku. Melanglang buana selama ini dengan menempatkan dirinya di belakang layar. Kalau dalam pertunjukkan wayang kulit atau wayang orang, jelas ia bukan wayangnya tapi mungkin juga bukan dalangnya. Ia lebih pantas disebut sebagai tim sukses sang dalang yang ikut mengatur alur cerita yang di suguhkan sang dalang. Sosok dalang bisa terekspos dan mungkin menjadi sosok yang terkenal, namun siapapun yang membantunya mengatur babak demi babak pertunjukannya tak pernah dimunculkan ke permukaan, betapapun suksesnya pertunjukannya itu. Di sisi lain, jika ada masalah di tengah jalan, ia tak akan jadi yang termasuk harus bertanggung jawab langsung. Akibatnya, namanya pun otomatis aman dari publikasi dan sorotan media.

Buatku, ia tak sekedar pintar tapi juga orang yang jenius atau brilian. Hubunganku dengannya yang terbilang kaku karena diantara semua adiknya, akulah yang paling suka menentang secara terbuka pola berpikirnya yang aku nilai cenderung egois sehingga lebih pantas aku sebut licik ketimbang cerdik. Namun jujur saja, aku tak enggan menganggapnya cerdik karena ia pandai bicara sehingga sifat egoisnya itu bisa dibungkusnya rapih dengan teori dan ilmu tinggi yang dimiliki kemudian disajikan dalam tutur bahasa yang sangat sopan dan terkesan menghormati lawan bicaranya. Bagi seorang awam yang artinya tidak mengenalnya sedalam aku mengenalnya, kakakku bisa dianggap sebagai nara sumber yang potensial dan motivator yang pantas diikuti omongannya. Itu sebabnya ia dapat dengan mudah meyakinkan orang untuk menggandengnya dalam berbisnis di bidang apapun.

Sudah sekitar tiga bulan belakangan ini aku mencoba untuk melakukan pendekatan kepadanya setelah tujuh tahun kami jarang sekali bertemu karena ia tinggal di pulau seberang dan jadwal masing-masing tak memungkinkan kami untuk mudah buka kontak. Selama tiga bulan ini aku mencoba menerimanya tanpa ingin melihatnya sebagai sosok yang aku uraikan di atas. Kami sama-sama sudah berusia kepala lima, dan itu menjadi alasanku mengapa aku mencoba untuk tidak judgemental terhadapnya. Secara teori, proses pendekatan ini akan berjalan mulus selama kami tidak saling menghakimi dan saling menerima apa adanya sehingga tidak condong menyerang satu sama lain dengan prinsip masing-masing.

Nah...disaat aku dan semua kakak adikku kini telah sepakat untuk menyelesaikan urusan keluarga yang selama ini belum tuntas karena adanya perbedaan paham diantara kami, ia jadi sulit dihubungi. Padahal proses penyelesaian ini sudah sampai pada tahap akhir dimana kami perlu menandatangani sebuah akta di depan notaris. Tempat tinggalnya yang jauh itu menjadi kendala sehingga ia juga tak mudah untuk didatangi, sementara tenggat waktu yang ada semakin sempit. Seandainya saja ia merespon kami lewat WAG, SMS atau telpon, kami pasti tak akan berada di posisi yang tidak mengenakkan ini. Pasalnya, kami tau pasti bahwa ia tau kami mencarinya. Ia juga membaca semua pesan kami, namun kalaupun merespon ia tak memberikan info yang akurat dan kena sasaran. Jawaban atas pertanyaan dan permintaan kami kebanyakan sifatnya menggantung bahkan sering mengundang tanya.

Pheew...kami pun mulai bertanya-tanya, jangan-jangan ada hal yang mengganjalnya (lagi) yang ia sembunyikan sehingga ia lalu menghindari kami dan proses penyelesaian ini. Dan hingga hari ini pun, meskipun ia telah menjelaskan kondisi fisiknya yang telah seminggu sakit berat sehingga baru bisa terbang untuk datang sore ini, selama ia belum menampakkan dirinya di depan kami, tidak ada yang dapat kami pastikan. Pada akhirnya, apapun yang ada dibalik semua peristiwa ini, aku dan adik-adiknya yang lain memang tak punya pilihan lain selain bersabar dan ikhlas menerima semua alasan yang ia berikan..seolah kami memang hanya wayang, sementara kakakku punya kuasa yang lebih besar dari dalangnya. Disitulah hebatnya kakakku... :p