Mungkin sudah menjadi tradisi untuk memanggil seseorang dengan kata "pak haji" terutama bila yang bersangkutan sudah cukup berumur dan mengenakan pakaian seperti baju koko atau sarung atau bahkan hanya kopiah/peci. Namun saya pribadi biasanya cenderung mencari tau terlebih dulu apakah benar yang bersangkutan memang sudah menyandang titel haji sebelum saya bisa memanggilnya sebagai "pak haji".
Hal inipun memang akhirnya saya alami sendiri setelah beberapa lama melakukan rutinitas sholat subuh di masjid, tapi itu hanya diseputar kalangan para hansip, pedagang asongan & sopir taxi yang tengah mangkal di pos keamanan yang saya lewati. di kalangan masjid sendiri saya bisa terbilang sebagai satu dari sedikit pengunjung yang berusia jauh di bawah sebagian besar pengujung yang mungkin saja memang sudah pernah naik haji. Jadi saya tidak pernah mendapat julukan tersebut di sana.
Kemarin, saya menyempatkan diri pergi ke masjid dekat kantor untuk melaksanakan sholat Ashar. Kebetulan saya mengenakan kemeja putih lengan panjang yang sekilas menyerupai baju koko. Seusai mengambil air wudhu, saya lalu mengenakan kopiah pinjaman dari o.b kantor karena saya agak sedikit terganggu dengan penampilan rambut saya yang "njabrik" setelah sebelumnya sempat bermotor tanpa helm untuk makan siang di warung dekat kantor.
Saat itu ada sejumlah remaja yang rupanya menyempatkan diri untuk singgah dan melaksanakan sholat di situ. Ketika melihat saya masuk mereka langsung menghampiri saya lalu menyalami saya sambil mencium tangan saya. Tentu saja saya kaget karena tidak terbiasa namun tak berkutik dengan sambutan seperti itu. Saya sempat berpikir bahwa mungkin saja mereka melakukan hal yang sama pada setiap orang yang mereka anggap senior. Nyatanya saya salah duga karena saya kemudian melihat mereka melakukan hal tersebut hanya pada orang lain yang jelas jauh lebih tua dan mengenakan baju koko lengkap dengan sarung & kopiahnya.
Sekembalinya di kantor, saya langsung menceritakan hal ini pada rekan-rekan saya sambil menyatakan keheranan saya. Sambil tertawa, seorang rekan saya kemudian berkata,
"mangkanya....kalo loe miara jenggot, miara kumis juga donk.... jenggot loe udah panjang tuch kayak ustadz sejati!"
Wakk.... apa iya karena itukah?? Hmm...gara-gara special request nich....