Pemandangan disekelilingku sangat indah....mungkin...
Paling tidak itulah yang aku ingat saat menuju ke Pelabuhan Ratu 6 tahun yang lalu. Kali ini aku lebih sering memandang keluar jendela mobil dengan tatapan kosong, jadi aku tak tau apakah pemandangannya masih seindah dulu. Obrolan antara kedua temanku sama sekali tidak masuk kekupingku. Entah apa yang mereka bicarakan sehingga mereka seringkali tertawa. Padahal tujuan perjalanan itu untuk menyelesaikan sengketa tanah di daerah sana. Mungkin yang harusnya bergembira justru aku yang akhirnya dapat kesempatan untuk menjauh dari keramaian.
Tapi aku sedikit cemas akan kemungkinan yang akan aku temui di sana. Pihak yang bersengketa masih ada hubungan keluarga dengan seorang cenayang yang sudah lama dikenal oleh salah seorang temanku. Sejak lama memang aku cenderung menjauhi mereka yang punya keahlian lebih ini. Bukannya aku memusuhi mereka... aku hanya tidak suka "dibacain". Terlebih mereka yang suka melakukannya tanpa minta izin terlebih dahulu. Telah beberapa kali aku terjebak dalam situasi dimana aku dipaksa mendengarkan ulasan tentang diriku bahkan ramalan tentang masa depanku. Bagiku, kalaupun si cenayang tau tentang aku, lebih baik hal itu disimpan untuk dirinya sendiri, bukan untuk diriku apalagi buat konsumsi orang-orang lain yang kebetulan tengah berada dalam ruangan yang sama. Mungkin hidupku tergolong aneh sehingga aku selalu menghindar dari mereka yang ingin membahasnya. Sikapku selalu jadi canggung tiap berhadapan dengan cenayang.
Aku memang bersedia ikut dalam perjalanan ini karena awalnya kami tidak berniat untuk langsung menuju tempat penyelesaian sengketa ini. Namun berita terakhir yang baru diterima setelah kami berangkat merubah semua rencana. Dan kamipun harus segera mengurus hal ini sesegera mungkin. Artinya, tidak akan sempat bagi teman-temanku untuk mengantar aku dulu ke tempat peristirahatanku. Aku hanya berharap disana nanti aku bisa memisahkan diri tanpa harus andil dalam pertemuan yang pasti akan dihadiri oleh cenayang itu.
Setelah dilanda kegundahan yang lumayan lama, akhirnya aku sampai juga ke tekape. Agak lega perasaanku karena ternyata tempat itu lebih menyerupai sebuah kantor koperasi desa yang memungkinkan aku menjauh dari tempat berunding tanpa harus memberikan kesan yang tak sopan. Dan benar juga, aku cukup menunggu di teras kantor sementara kedua temanku menyelesaikan urusannya di dalam.
Perundingan itu berjalan cukup singkat karena tak lama kemudian kedua temanku keluar menghampiriku dan mengatakan bahwa urusan mereka sudah selesai. Sampai disini semua berjalan lancar pikirku.... tapi ternyata aku salah. Beberapa orang lagi turut keluar dari ruangan termasuk diantaranya cenayang yang lebih dikenal sebagai "pak haji". Dan saat itulah tiba-tiba pak haji ini menghampiriku dan memperkenalkan diri sambil menjabat tanganku. Aku yang langsung tau siapa dirinya menyambut jabatan tangannya sambil membalas memperkenalkan diri dengan sikap yang wajar.
Namun aku mulai cemas ketika ia bertanya, "bapak aslinya Jawa ya?".
"betul pak", jawabku sambil berasumsi kalau ia mengenali logatku saat aku menyebut namaku.
Lalu ia menatapku agak lama sambil tersenyum, dan inilah yang selalu aku khawatirkan... mungkin saja ia sedang "mbaca" aku....
"Sampai kapan di sini pak?"
"Rencananya sih sampai nanti sore pak haji", jawabku... Padahal kami sudah berencana akan bermalam di salah satu tempat penginapan disitu.
"ya kalo gitu nanti sebelum pulang mampir dulu ke rumah ya"
"Insya Allah pak... kalau sempat", jawabku langsung sambil berusaha menyudahi obrolan kami.
"Sempat laah.... ada yang mau saya obrolin sama bapak"
Hah? ...sama aku?, pikirku. Kenapa sama aku? Dia khan baru kenal aku? Celaka nih!
Tapi tanpa ingin memberi sinyalemen atas kebingunganku, aku lalu menjawab, "Insya Allah.... sekarang kami permisi dulu ya pak haji.... masih ada yang harus kami urus lagi nih". Dan kami pun segera undur diri.
Saat ketika mobil kami beranjak pergi, aku masih melambaikan tanganku sambil tersenyum pada mereka yang melepas kepergian kami. Namun begitu mobil kami sudah agak jauh, aku langsung memasang muka seriusku sambil bertanya kepada teman-temanku, "aneh....mo ngobrolin apa dia ama gue yak?"
Sejenak suasana menjadi hening dan aku sempat heran saat kedua temanku saling bertatapan & tersenyum. Bukannya menjawab, kedua temanku itu justru lalu tertawa-tawa.
Aku yang mulai curiga pada mereka lalu memaksa mereka untuk menjelaskan apa yang telah terjadi. Dan merekapun mengaku kalau tadi seusai pertemuan, mereka sempat memberitau pak haji tentang kecanggunganku berhadapan dengan cenayang & memintanya untuk "ngerjain" aku...
Ah....sial!!