Hmmm...rupanya aku cenderung sering menulis blog disini hingga Pilpres berlangsung nanti. Bukan untuk berkampanye tapi lebih pada urusan curhat :p
Kemarin, sekali lagi aku diceritakan sekaligus ditunjukkan bagaimana sebuah tulisan berita bisa sampai mempengaruhi banyak orang bahkan mereka yang selama ini aku anggap bijaksana untuk lebih memilih diam ketimbang ikut berkampanye. Ternyata mereka yang terlihat diam atau anteng-anteng saja di depan umum doyan berdebat juga tentang para capres dan cawapres. Lebih dari itu, di balik kekaleman mereka di depan umum itu tersimpan ego yang tinggi dan ilmu yang salah. Yang lebih lucu lagi, aku dapat info bahwa banyak pendebat kusir yang tergolong muda dan belum pernah mengikuti pemilu sebelumnya.
Entah darimana mereka ini mendapat asupan. Kemungkinan besar mereka membaca di internet, yang notabene penuh dengan muatan sampah dan teori konspirasi yang memang dibuat untuk membelokkan fakta demi suksesnya kampanye hitam, lalu menarik kesimpulan sendiri. Parahnya, banyak yang kemudian berkedok agama sebagai alasan untuk berkampanye dan/atau memilih.
Negara kita ini memang negara beragama tapi bukan dikhususkan pada agama tertentu seperti halnya Pakistan, India, Vatikan atau negara-negara agama lainnya. Ideologi kita adalah Pancasila, yang jelas-jelas mengakui adanya berbagai agama yang punya Tuhan yang sama. Jika ada kelompok yang menganggap negara kita lebih pantas menjadi negara agama, sebutlah Islam, tentunya sama salahnya dengan kelompok yang menganggap lebih pantas menjadi negara Kristen atau Hindu atau Budha, dll. Bahwa Islam merupakan agama mayoritas tidak berarti negara ini harus menjadi negara Islam. Kalau hal itu sampai berlaku, maka yang terjadi bukan lagi pembelokan sejarah namun sudah merupakan perubahan ideologi, yang artinya akan harus terjadi perubahan pada Pancasila dan UUD'45. Apa iya negara ini akan sampai pada hal itu? Itu artinya kita akan memulai dari nol lagi. Semua yang telah dirumuskan dan disahkan oleh para pendahulu kita akan dirombak habis-habisan seolah semua itu tidak tepat. Apakah segala aspek sejarah yang sejak dahulu menjadi materi pendidikan di sekolah lalu dianggap hal yang salah sehingga harus diubah?
Kondisi negara kita ini sedang rentan di berbagai aspek. Kesalahan para pejabat negara dalam menjalankan pemerintahan selama ini mungkin merupakan penyebab utama dari kerentanan itu. Yang kita butuhkan saat ini adalah suatu perbaikan dari semua kesalahan itu. Kita menginginkan kondisi negeri yang sejahtera dan makmur di alam kebebasan yang telah diraih para pejuang kita dulu. Kita ingin kembali ke masa-masa kemakmuran yang pernah kita alami setelah kita merdeka, bukan kembali ke awal saat proklamasi didengungkan karena saat itu rakyat kita belum merasakan kesejahteraan yang luas. Meskipun di masa perjuangan merebut kemerdekaan, banyak organisasi Islam yang memegang peranan penting di dalamnya, aturan agama Islam dari dulu toh tidak pernah dijadikan landasan untuk mengatur negara. Sila pertama Pancasila sudah jelas menerangkannya, mengapa masih didebatkan pula?
Sekarang siiapa yang masih menganggap dirinya pantas untuk bebrbicara mewakili Islam? Seorang ulama atau kiai kondang saja bisa melencengkan ilmunya di jalan yang salah, apalagi anak-anak muda yang menimba ilmu agamanya dari nara sumber yang menyesatkan?
Mungkin sudah tidak pada tempatnya lagi kita mengacu pada, "benahi diri dulu sebelum membenahi orang lain", tapi lebih tepat pada, "benahi diri sendiri saja". Tak perlu menghakimi capres atau cawapres manapun dari segi agama karena itu tugas Yang Maha Kuasa. Aku yakin kalau yang duduk di kursi pemerintahan itu orang-orang yang punya maksud dan akhlak yang baik, otomatis pengaturan negeri ini juga akan baik.
Insha Allah.