Buku Kenangan untuk sebuah biro perjalanan besar yang layaknya berfungsi sebagai buku direktori jamaah peserta ibadah Umroh ini tiba-tiba ingin disertai berbagai data dan dokumentasi tentang perusahaan yang justru akan menjadikannya seolah sebuah buklet lengkap atau company profile. Kalau saja hanya dokumentasi dari acara manasik akbar yang memang masih berhubungan perjalanan ibadah itu sendiri tak mengapa, namun apa gunanya menyertakan dokumentasi segala kegiatan lain seperti acara buka puasa bersama, rapat pengurus, dll, hanya untuk menampilkan kehebatan perusahaan? Buku saku pedoman ibadah yang sarat berisi petunjuk cara melakukan kegiatan di tanah suci serta do'a-do'anya pun sudah pasti selalu menjadi syarat kepemilikan utama jamaah yang dibagikan secara terpisah. Jadi untuk apalagi memuat buku kenangan ini dengan konten yang serupa?
Aku harus berkali-kali berdebat dengan bohir yang selalu mengingatkan aku untuk ikut beramal dalam mengerjakan job ini. Plafon harga yang ditetapkannya memaksa aku untuk menghemat dalam penggunaan kuantitas kertas dan finishingnya. Namun disisi lain, ia ingin sekali buku ini punya nilai prestisi dengan ide-ide yang justru memboroskan biaya. Dan ketika harga yang aku berikan sedikit melebihi plafon yang ada, ia minta aku "melempengkannya" ke plafon. Padahal tanpa diketahuinya, aku sendiri sudah menutup sebagian dari kelebihan biayanya.
Proses pengerjaannya pun cukup sulit karena data yang diberikan padaku dilakukan secara bertahap dengan revisi yang tak kunjung henti dalam periode berbulan-bulan hingga seminggu lalu sebelum kloter pertama diberangkatkan hari ini. Belum lagi kebanyakan data yang masuk formatnya masih mentah sehingga harus aku ubah dulu ke format yang bisa mendukung proses perancangan grafisnya. Yang membuat lebih parah adalah bahwa pengecekan progres desain grafis dan input data yang aku kirimkan via email tidak terjadi secara rutin dan berkala hanya karena pihak bohir kurang fasih dengan teknologi internet. Sedangkan tidak mudah untuk menyambanginya guna menyerahkan laporan kerja untuk dicek.
Hingga akhirnya aku harus memberi ceramah panjang via telpon, menjelaskan kedudukanku yang tidak mungkin menuruti semua yang ia harapkan. Dengan terpaksa, aku harus menyatakan berapa besar biaya yang akan aku tanggung demi tercetaknya buku tersebut.
Ini bukan job pendesainan dan pencetakan majalah atau buku atau barang cetakan biasa. Ini job buku yang digunakan untuk memudahkan jamaah ibadah Umroh dalam berinteraksi antar sesama jamaah. Alasan itulah yang sedari awal membuatku rela mengerjakannya tanpa imbalan. Yang menjadi targetku hanyalah kepuasan hati jika buku ini memang tampil sebaik yang aku harapkan dan benar-benar bermanfaat bagi penggunanya selama perjalanan menjadi tamu Allah swt.
Jadi masih perlukah aku diingatkan untuk beramal ketika aku menolak untuk membiarkan buku ini berubah fungsinya atau menanggung lebih banyak lagi biaya pencetakan yang melebihi plafon yang ditentukan pihak bohir? Bila hasil kerjaanku ingin diserahkan pihak lain untuk dicetakpun aku tidak akan keberatan. Toch aku yakin harga yang aku tawarkan akan sulit untuk dikalahkan siapapun.
Dan ketika buku itu (akhirnya) berhasil aku serahkan sehari sebelum deadline, aku bisa bersyukur meski hanya kepuasan moril yang aku dapatkan. Tapi jika aku ditawari job yang serupa, dengan segala kerumitan yang serupa pula, pilihannya hanya dua; biaya jasa pendesainannya tidak akan gratis (bahkan akan mahal) atau silahkan cari orang lain.
--o--
Selamat jalan dan selamat menunaikan ibadah Umroh, para tamu Allah swt tahun ini. In shaa Allah Buku Kenangan itu memberikan kenangan yang manis bagi anda semua....aamiin.