Salah seorangnya yang aku dengar dipanggil "Rin" oleh temannya sedang curhat tentang kisah asmaranya. Tadinya aku tak begitu menyimak obrolan mereka, namun kata "selingkuhan" yang sempat terucap oleh teman Rin (yang sampai akhirpun aku tak pernah tau siapa namanya) membuatku ingin menguping. Rupanya Rin ini adalah selingkuhan dari seorang lelaki kaya yang sudah berkeluarga. Perselingkuhan ini sudah berjalan dua tahun dan Rin mulai mempertanyakan masa depannya karena ia terlanjur jatuh hati pada sang lelaki.
Pasalnya, Rin khawatir akan nasibnya bila kelak sang lelaki memutuskan hubungan dengannya. Rin sendiri menyatakan bahwa ia tak mengincar harta sang lelaki, namun ia ingin sekali menggantikan posisi istri sang lelaki dan membangun rumah tangga bersamanya. Bagaimana tidak? Rin menuturkan bagaimana ia begitu diperlakukan dengan sangat baik oleh sang lelaki yang dinilainya romantis dan gentleman. Meskipun acap kali ia tolak, tapi sudah banyak hal yang ditawarkan oleh sang lelaki kepadanya, termasuk sebuah mobil. Dan penolakan itu murni karena bukan materi yang diharapan Rin dari sang lelaki. Rin begitu menikmati perjalanan cintanya dengan sang lelaki selama dua tahun hingga ia mulai merasa keberatan jika harus berpisah dengannya.
Teman Rin...sebut saja namanya si A, mencoba menyadarkan Rin bahwa Rin tak punya banyak opsi dalam kasus ini mengingat statusnya yang wanita simpanan. Apa yang diutarakan si A ini seolah menuju ke kegagalan karena Rin bersikukuh tak ingin menganggapnya sebagai perselingkuhan biasa karena menurutnya sang lelaki ini tak layak dilepas begitu saja. Lucunya, Rin mulai meragukan perasaan sang lelaki padanya. Apakah sang lelaki juga secinta itu padanya seperti halnya ia pada sang lelaki. Rin lalu mulai memaparkan segala kekurangannya yang ia khawatirkan kelak bakal menjadi alasan mengapa sang lelaki meninggalkannya. Mulai dari sifatnya yang tak sempurna, penampilannya yang biasa-biasa saja, hingga jenjang keberadaannya yang dianggapnya jauh di bawah keberadaan sang lelaki.
Tak ada respon lain dari si A kecuali anjuran kepada Rin agar ia menyiapkan diri untuk hal yang terburuk dimana suatu hari sang lelaki mungkin akan memutuskan hubungan percintaan dengannya ini. Si A juga justru menyarankan agar Rin yang terlebih dahulu memutuskan sang lelaki karena mungkinnya ia hanya dianggap sebagai hiburan semata yang sifatnya temporary, lalu mencari lelaki lain yang pantas dicintai. Menurut si A, hubungan perselingkuhan itu tak pernah didasari cinta dan kesetiaan yang tulus sehingga rentan kelestariannya. Kalaupun ada yang sampai kemudian benar-benar jatuh hati hingga ingin mempertahankan hubungannya, tak mungkin terjadi pada kedua pelakunya. Apalagi ketika Rin sendiri mulai mempertanyakan kadar kecintaan sang lelaki untuknya.
Pengupingan ini tak tuntas karena aku keburu dipanggil oleh montir setelah motorku siap untuk dibawa pergi sehingga aku harus meninggalkan Tempat Kejadian Pengupingan.
Dalam perjalanan pulang, aku tak bisa tak memikirkan perbincangan kedua wanita tadi. Buatku, si A memang benar tentang perlunya Rin bersiap diri menghadapi fakta bahwa kelak hubungan ini bisa berakhir terlebih bahwa sang lelaki sudah beristri dan berkeluarga. Kenapa tidak? Pernikahanpun juga bisa berakhir meskipun telah dikukuhkan di bawah naungan agama. Namun aku juga tidak menyalahkan Rin yang bersikukuh tak ingin hubungan ini berakhir. Wong namanya sudah pakai perasaan yang dalam dan keburu jatuh hati. Jadi dalam hal ini aku tak bisa membayangkan dimana proses curhat tadi berujung.
Satu hal yang sangat menarik buatku adalah keraguan Rin tentang kadar cinta sang lelaki untuknya. Tanpa perlu menilik pada kondisi dan status sang lelaki, (menurutku) yang perlu dikaji oleh Rin adalah kualitas perlakuan sang lelaki padanya justru dengan kondisi Rin seperti yang ia sendiri paparkan pada si A. Kalau memang Rin menganggap dirinya tak sepadan dengan sang lelaki, alasan apa yang membuat sang lelaki tetap bersamanya selama ini? Tentunya ada kualitas tersendiri dari Rin yang membuat sang lelaki betah menjalin hubungan ini dengannya. Rin boleh saja menganggap dirinya buruk rupa...tapi itu tak membuat sang lelaki mundur. Begitu pula dengan sifat dan sikap Rin yang tentunya tak dianggap sebagai beban oleh sang lelaki. Belum lagi soal finansial, terlebih sang lelaki tak tanggung-tanggung menawarkan support yang tak sedikit.
TerIepas dari kasus perselingkuhannya...jika ada keraguan dalam diri Rin atas kecintaan sang lelaki padanya, harusnya Rin perlu meninjau hal-hal yang mungkin jadi alasan kenapa cinta sang lelaki untuknya itu ada. Karena di saat Rin menganggap ia tak layak untuk dikagumi bahkan dicintai oleh sang lelaki, justru sang lelaki tersebut bisa memandangnya berbeda. Setiap orang punya visual yang berbeda satu sama lain. Visual Rin terhadap dirinya sendiri bisa bertolak belakang dengan visual sang lelaki terhadapnya. Dan ketika ada orang yang begitu mencintai sosok Rin (yang ia sendiri anggap tak cukup kualitas), masih pantaskah Rin mengabaikannya?
Jika Rin lalu mencari orang lain, seperti yang disarankan si A, mungkinkah ada yang akan mengaguminya seperti halnya sang lelaki mengaguminya? Bisa jadi orang yang ia harapkan untuk mengaguminya justru melihatnya sebagai sosok yang minim kualitas. Biar jelek lah, miskin lah, jutek lah, bodoh lah...kalau memang sang lelaki itu suka padanya dengan kondisinya yang seperti itu, harusnya disyukuri....bukan dipertanyakan. Sekarang tinggal bagaimana mensiasatinya sehingga kesukaan sang lelaki padanya tak luntur, dan mungkin kelak bisa menjadi sebuah cerita cinta yang indah di jalan yang benar buat Rin dan sang lelaki....(my two cents).