Seminggu yang lalu, putra sulungku mengeluhkan sariawannya. Rupanya sudah sangat mengganggu sehingga makanan kegemarannyapun tak lagi bisa dinikmatinya. Aku paham sekali bagaimana rasanya diganggu sariawan yang seakut itu mengingat aku termasuk orang yang acapkali dititipi sariawan. Apalagi ketika aku terkena cacar air, almarhumah ibuku sengaja memberiku minuman Wedang Asem yang konon dapat menstimulasi semua bakteri yang mungkin tersimpan di dalam tubuhku agar keluar sekaligus sehingga aku tak akan pernah terjangkit lagi kelak di suatu hari nanti. Ketika itulah bakteri yang dimunculkan tak hanya berupa cacar di kulit tapi juga dalam wujud sebelas buah sariawan di dalam mulutku termasuk di lidahku. Otomatis berat badanku susut drastis karena aku kehilangan nafsu makan.
Peristiwa ini yang kugunakan untuk menghibur putraku dengan harapan ia mampu bersabar menjalani hari-hari bersariawannya. Aku juga terus mengingatkannya bahwa sariawan merupakan suatu penyakit ringan yang tidak mematikan namun amat sangat mengesalkan. Terkadang dengan posisi yang sangat tidak menguntungkan, penderita jadi enggan membuka mulut. Jangankan untuk mengkonsumsi makanan, untuk berbicarapun menjadi sulit dan menyakitkan. Aku sendiri masih belum pernah dapat pengobatannya yang bisa dianggap mujarab meskipun sudah banyak metode aku terapkan. Bagiku, penanganan paling tepat adalah dengan bersabar alias nrimo alias pasrah...itu saja. Karena sariawan sekecil apapun bisa bertahan lama meskipun sudah dicoba disembuhkan dengan berbagai cara atau dilain sisi, tanpa kita duga, yang akutpun bisa suatu ketika hilang begitu saja dalam sekejap meski kita tak mencoba menyembuhkannya.
Penyikapan terhadap sariawan ini sebenarnya bisa diaplikasikan juga di masalah finansialku yang hingga kini masih belum menunjukkan gejala pemulihan. Sudah banyak hal yang aku coba usahakan demi perbaikannya namun tak satupun membuahkan hasil. Kalau sekedar mengurangi beban, alhamdulillah kerap ada saja rezeki yang datang tanpa terprediksi sebelumnya. Nah ketika itulah aku menyadari bahwa rezeki yang hadir ataupun pemulihan total yang belum menghampiriku tak selalu disebabkan oleh ada atau tidaknya upaya dariku selain berdoa tentunya. Doa inilah yang tak mungkin bisa disangkal kehebatannya karena hal itulah yang mengindikasikan kepasrahan kita pada Yang Maha Kuasa. Bukankah semua yang terjadi memang sudah dirancang olehNya? Kita boleh jungkir balik atau hanya duduk terdiam saja dalam menyikapi segala permasalahan yang kita hadapi, namun solusinya ada di tanganNya.
Jadi...meski aku ingin sekali memberi asupan metode yang bisa langsung menyembuhkan sariawan putraku, aku hanya bisa menyarankannya untuk berdoa meminta kesembuhan kepadaNya. Aku tak melarangnya untuk melakukan upaya pengobatan apapun namun aku mengingatkannya untuk tidak mengeluh jika kesembuhan itu memang belum jadi miliknya.
Sabar ya nak....