Aku ingat sekali moment penting yang membuatku sadar dan berniat untuk menghilangkan tabiat itu adalah ketika adikku yang saat itu sedang aku incar untuk dijadikan korban, tak seperti sebelumnya, ketimbang mempertanyakan alasan tuduhanku kepadanya, justru melontarkan sebuah kalimat yang benar-benar menohok ku.
"Kalau memang salah, nggak perlu dech nyalahin orang lain lagi. Sukurin loe sekarang..."
Kalimat itu membuatku sadar bahwa aku terpojok dan memang harus menanggung akibat dari kesalahan yang sudah aku buat.
Setelah kejadian itu, pahit memang rasanya menerima kenyataan bahwa setiap aku bersalah, aku harus menerima dampak dan resikonya. Namun akupun akhirnya terbiasa dengannya dan hal itu bisa aku terima dengan legowo sampai sekarang...alhamdulillah. Aku menganggap di titik balik itulah aku mengalami perubahab drastis sebagai salah satu bagian dari proses pendewasaan yang tengah aku lalui. Maka semakin hari, aku semakin mengerti pentingnya mengakui kesalahan tanpa sedikitpun mencoba berdalih sebagai upaya pembelaan.
Dengan pengertian itulah aku mencoba menjalani masa-masa (setengah) tua ku, termasuk dalam melakukan kerja apapun. Biarlah kebodohanku mempraktekkan tabiat buruk itu hanya mengisi masa mudaku dulu.
Lucunya...aku masih bertemu banyak orang yang punya sifat "nge-les" dengan cara mengkambing hitamkan pihak lain justru di usia mereka yang lebih kurang sebayaku. Yaah..mungkin karena belum pernah kesentil... :p