Setahun lalu ketika aku sedang sangat kesal dengan layanan provider Indosat yang sering mandek saat sedang sangat dibutuhkan, di sebuah warung makan kecil di daerah seputar Tasikmalaya aku bertemu dua orang marketing Telkomsel yang menawarkan kartu SIM Abondemen versi baru yang bisa aku tentukan sendiri nilai tagihan pokoknya. Karena harga terendahnya cukup murah dengan quota data dan telpon yang cukup memadai buatku maka aku membelinya untuk menggantikan kartu SIM Indosat yang saat itu sudah siap aku ganti. Nah...maka sejak saat itu aku kembali menjadi pengguna kartu SIM abondemen Telkomsel setelah hampir satu dekade sejak aku memutuskan untuk hanya melulu menggunakan versi Pra-bayar.
Aku memilih paket bulanan termurah sebesar enampuluh ribu dengan quota internet sebesar dua giga. Sebenarnya mungkin besarnya quota sekilas terlihat tidak ideal buatku mengingat ramainya traffic internet yang aku gunakan. Apalagi dengan beberapa grup Whatsapp yang aku ikuti yang memakan banyak quota atas media-media foto dan video postingan anggota lainnya. Namun karena aku berkantor di rumah, kondisiku cukup aman dengan adanya jaringan Wifi dari MNC yang secara bersamaan memberikan layanan cable TV di rumah. Jadi praktis layanan internet dari Telkomsel ini hanya aku butuhkan di luar rumah ketika tak ada jaringan Wifi yang bisa aku tumpangi.
Pada saat quota internet atau telpon dari Telkomsel ini habis terpakai sebelum memasuki masa putaran baru untuk bulan berikutnya, aku dapat membeli tambahan paket data atau telpon dengan pilihan harga dan quota, yang masa berlakunya hingga memasuki putaran baru. Jadi memang aku harus pandai-pandai memilih paket tambahan ini sesuai dengan kebutuhan di sisa periode bulanannya. Khusus paket tambahan datanya, otomatis akan terhenti ketika putaran baru mulai bergulir. Artinya, berapapun besarnya quota yang tersisa dari paket ini akan hangus. Namun di lain kasus, paket tambahan lainnya seperti telpon ke sesama nomor telkomsel, ke provider lain, ke nomor rumah dan sms, tidak otomatis terhenti. Jumlah durasi telpon atau jatah sms yang tersisa di akhir periode memang juga akan hangus, tapi jika aku tidak meminta pihak Telkomsel untuk menghentikannya maka paket-paket itu akan secara otomatis diperbarui. Disinilah aku harus ekstra waspada karena jika aku lupa menghubungi pihak Telkomsel di akhir periode, aku akan memasuki putaran baru dengan paket bulanan yang aku pilih, plus paket-paket tambahan yang belum tentu akan aku butuhkan di periode bulan berikutnya. Ini yang terjadi kemarin padaku.
Di bulan lalu, layanan dari MNC sempat dua kali terputus karena adanya gangguan teknis dari pusatnya. Lebih apesnya lagi, putusnya layanan ini berlangsung hingga 3-4 hari setiap kalinya. Jadi dalam sebulan yang jumlah tanggalnya hanya duapuluh delapan hari itu aku mendapat layanan internet dan cable selama hanya duapuluh satu hari. Situasi ini yang membuat quota internet dan telponku dari Telkomsel terkuras habis sehingga aku harus membeli beberapa paket tambahan sesuai kebutuhan untuk melancarkan usaha apapun yang aku jalani. Dan saat aku membelinya, aku sudah mewanti-wanti diri sendiri untuk tidak lupa meminta Telkomsel menghentikan layanan paket-paket itu sebelum periode baru dimulai. Aku bahkan sudah menyeting sebuah reminder di hape-ku dan tak ada yang salah dengan hape-ku. Yang salah adalah bahwa aku mengabaikan reminder hape-ku yang tepat waktu mencoba mengingatkanku di saat aku tengah mengerjakan sesuatu yang harusnya bisa aku tunda selama sepuluh menit saja. Dengan penuh keyakinan aku akan segera menghubungi Telkomsel setelah aku tuntaskan dahulu apa yang sedang aku kerjakan sehingga aku tak mengaktifkan mode Snooze. "Mana mungkin aku lupa. Untuk apa aku aktifkan fitur Snooze-nya? Toch sebentar lagi juga aku selesai, lalu baru aku hubungi Telkomsel", pikirku sambil terus bekerja. Memang tak sampai lima menit kemudian aku telah menuntaskan apa yang aku kerjakan, tapi aku langsung melakukan hal baru lainnya tanpa ingat tentang Telkomsel hingga pagi ini. Hasilnya...aku telah memulai putaran periode baru dengan paket-paket tambahan yang harusnya bisa aku hindari jika saja aku tak menundanya.
Well...inilah konsekuensi yang harus aku tanggung sekarang atas kesombonganku terlalu percaya diri di saat yang salah. Sepuluh menit yang harusnya mudah untuk diluangkan telah aku abaikan begitu saja sehingga aku bisa saja telah menciptakan kesulitan buatku sendiri di depan sana dengan tagihan bulanan yang membengkak. Aku meremehkan peringatan dari hape-ku karena aku tak bersedia meninggalkan sejenak saja apa yang tengah aku kerjakan. Kepuasanku dalam membereskan pekerjaanku itu besarnya jadi tak sebanding dengan kekecewaanku pada kebodohanku yang sepele itu. Itu negatifnya.
Positifnya...kejadian ini mengingatkan aku bahwa ada hal semirip ini yang jauh lebih serius dalam hidup. Terbayangkah oleh kita besarnya konsekuensi yang kita pertaruhkan ketika kita melakukan penundaan untuk melakukan perintahNya? Bagaimana jika kita berniat menunda lima menit saja untuk melakukan perintahNya namun ternyata yang tersisa dalam hidup kita hanya empat menit? Taruhannya bukan lagi hal duniawi....FOREVER!!