Monday, July 30, 2012

MP Blog - Karya Jack Vettriano


Dilahirkan di Skotlandia tahun 1951, Jack Vettriano meninggalkan sekolah pada usia enam belas tahun untuk kemudian menjadi seorang insinyur pertambangan di sebuah penambangan batubara lokal. Di hari ulang tahunnya yang ke 21, pacarnya memberi satu set cat air, sejak saat itulah, ia menghabiskan banyak waktu luangnya belajar melukis secara otodidak. Ia banyak terinspirasi oleh koleksi lukisan abad 19 dan 20 Skotlandia yang terkenal yang terpanjang di Museum dan Galeri Seni Kirkcaldy.

Empat belas tahun kemudian Vettriano merasa siap untuk memamerkan karyanya di depan umum. Pada tahun 1989 dia menawarkan dua karyanya untuk pameran tahunan Royal Skotlandia Academy, dan keduanya langsung terjual pada hari pertama. Tahun berikutnya, sambutan yang sama diberikan orang pada tiga lukisan, yang ia ikuts sertakan dalam Pameran Musim Panas bergengsi di London Royal Academy.

Dalam sembilan tahun terakhir, ketertarikan orang akan karyanya telah berkembang dengan pesat. Beberapa pameran tunggalnya di Edinburgh, London, Hong Kong dan Johannesburg berakhir dengan ludesnya semua lukisan yang disertakan. Pada bulan November 1999, karya-karya Vettriano dipamerkan untuk pertama kalinya di New York, ketika dua puluh lukisannya dipajang pada The International 20th Century Arts Fair di The Armory. Lima puluh kolektor lukisan dari Inggris hadir di malam pembukaan pameran dan kedua puluh lukisan tersebut terjual habis dalam waktu satu jam setelah acara diresmikan.

Selain pameran itu, Vettriano telah memperoleh banyak penggemar melalui poster dan cetakan atas lukisannya yang telah didistribusikan di seluruh dunia. Tahun ini dua poster art dengan penjualan terbaik di Inggris adalah hasil karya Vettriano. Sampai saat ini, lebih dari 500.000 poster lukisan Vettriano telah terjual di seluruh dunia.

Lukisan-lukisan karya Jack Vettriano telah menjadi koleksi pribadi, perusahaan maupun publik di seluruh dunia.



Wednesday, July 25, 2012

Solitary Effort

So what am I to do when things not only don't go my way but they even seem to be against me as well?
God only knows I've been trying so hard not to lose it, for I know it might have taken me nowhere but sunk deeper otherwise. In the time like this, going berserk is not an option since the only door there is would only welcome those who keep faiths. But I can't help feeling low and losing confidence when things get worse and worse. Everything seems to fall apart as time goes by quickly and I don't have a grip on it. What did I do wrong? Or what have I been doing that it only feels as a never ending punishment I have to carry on in life?

I don't know anymore how I should react on this. Dry eyes which often look at nothing without focusing sure don't represent a strong heart. It may beat faster but it's kept silently inside while my brain is muted as its commands are simply ignored by the rest of my body. Nothing can sooth me all day....not even music who usually became a kind companion to ease pains. Advices friends try to provide only sound like unwanted junk that would trash me in any way. Good memories which often cooled me down would only direct my attention to terrible thoughts in the past.

This has been a truly fucked up day full of mental disasters.

There is a no way out but to accept them gracefully and unconditionally while still hoping I would be granted fairly at the end. It's not my place to complain anymore for I should be responsible for whatever consequences of all this. Life goes on and kind friends move on with their own problems. I realize I finally get to the point where sharing mine with other is not written in my book of life. For the time being, I should just try to go through this in my solitude. I pray for strength so I can keep walking tall to wherever I am designated to be.



Tuesday, July 24, 2012

Ramadhan

Sebagian orang mengelu-elukan kedatangannya sebagai bulan yang ditunggu-tunggu. Banyak yang mensyukuri fakta bahwa mereka masih dapat dipertemukan dengannya lagi. Bulan dimana kaum Muslim diwajibkan berpuasa yang datang setahun sekali ini begitu dianggap istimewanya sehingga kedatangannya disambut dengan sukacita dengan pelbagai cara. Ada yang mengadakan kumpul-kumpul untuk berdoa bersama. Ada yang segera pulang kampung untuk saling bermaafan dengan sanak keluarga. Dan banyak yang menggangap penyambutannya perlu keberisikan sehingga petasan dan mercon langsung beredar dan disulut dimana-mana.

Lalu setelah hampir sebulan berjalan, pada saat kita tiba di penghujung bulan ini, sebagian orang merasa sangat sedih bahkan meratapinya. Bahwa bulan yang dianggap begitu suci itu akan segera berlalu dan tidak akan kembali hingga setahun kemudian, memang sangat tidak menjamin kita akan dipertemukannya lagi. Sementara, sebagian lain justru menganggap kepergiannya mengartikan kedatangan Lebaran sebagai hari perayaan kemenangan atas segala ujian yang telah dilalui selama bulan Ramadhan sehingga suka cita lebih mewakili apa yang dirasakannya.

Sepertinya ada yang mereka lupakan dalam hal ini. Bulan Ramadhan memang bulan suci. Bulan dimana kita, kaum Muslim, dilatih untuk bersabar dan melawan nafsu. Kesucian bulan ini justru mendukung upaya pelatihan bagi kaum Muslim, sehingga segala tindakan, baik maupun buruk, akan digandakan ganjaran dan pahalanya. Sama halnya dengan kondisi saat seseorang Muslim berada di tanah suci Mekkah.
Kalaupun ada kegembiraan atas kedatangannya bulan ini, tentunya karena kita siap menghadapi pelatihan Ramadhan. Saat pelatihan ini segera berakhir lalu ditangisi, apakah itu berarti kita belum siap ditinggal oleh pelatihan ini?

Mengapa aku menganggap Ramadhan hanya sebagai bulan pelatihan? Karena bagiku, ujiannya justru kita hadapi di luar Ramadhan. Ya...pada saat kita tidak diharuskan untuk berpuasa, bisakah kita menahan lapar dan haus sementara lebih banyak orang disekeliling kita yang tidak berpuasa? Mampukah kita menahan diri dari amarah pada saat sedikit sekali orang yang menjaga sifat, sikap dan kata-katanya dalam berperilaku? Apa yang akan kita lakukan saat orang lain tidak menganggap penting untuk menghargai perasaan kita? Bagaimana kita menghadapi orang-orang yang kembali membejatkan diri setelah Ramadhan berlalu, karena justru banyak sekali orang yang kemudian kembali ke sifat buruknya setelah Ramadhan berlalu. Apalagi mereka yang menganggap masa "bertobat" telah selesai seiring dengan kepergian Ramadhan.

Aku sendiri bukan tipe yang mengelu-elukan kedatangan Ramadhan hingga merasa perlu melakukan ritual-ritual tertentu. Kedatangan Ramadhan ini lebih aku sikapi dengan kemantaban diri dalam menghadapi berbagai cobaan sebagai bagian dari proses pelatihannya. Selama Ramadhan, aku tidak ingin menghitung hari yang aku lalui ataupun sisa hari yang masih harus aku hadapi karena pada saatnya nanti, bukanlah kemenangan yang akan aku rayakan namun berakhirnya penggemblengan ini, dimana aku lalu, suka tidak suka, siap ataupun tidak, akan memulai hari-hari ujian sesungguhnya selama 11 bulan. Aku mungkin lebih merasa was-was atau khawatir, bukan meratapinya, saat Ramadhan akan berakhir karena aku segera menghadapi hari-hari yang jauh lebih berat.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Berkah berlipat bagi kita yang mampu melalui pelatihan ini dengan benar dan baik. Sementara banyak orang menjalaninya sebagai bulan penuh cobaan dan ujian, Ramadhan hanyalah bulan suci yang sepatutnya benar-benar dimanfaatkan untuk menempa keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Karena begitu bulan Ramadhan ini berlalu, kita akan menghadapi ujian yang berat, yang keberhasilannya tidak terganjar sebesar di bulan Ramadhan.

Selamat menjalani pelatihan Ramadhan.....




Friday, July 20, 2012

Mutung

Sikap mutung itu mungkin sudah sangat membudaya di masyarakat Indonesia. Saya tidak tau di negara lain juga sudah jadi tradisi atau tidak, yang jelas saya tidak menemukan terjemahan yang cukup mewakilinya dalam bahasa Inggris sebagai bahasa nomor satu di dunia. Mungkinkah orang luar negeri tidak biasa bersikap mutung sehingga tidak diciptakan istilah khusus buatnya. Suatu contoh yang jelas di negri ini adalah tindakan "walk-out" yang dilakukan anggota DPR jika kalah suara dalam voting yang dimenangkan oleh pihak oposisi.

Saya tidak ingin menggali sejarah terciptanya kata mutung atau bahkan dari mana bangsa kita belajar mutung. Namun saya bisa sangat mengerti mengapa seseorang memilih untuk bersikap mutung daripada ikhlas, atau dalam bahasa Jawa yang sudah menasional-nya, legowo.
Berikhlas itu adalah sikap yang teramat berat untuk dilakukan dalam kasus dimana seeorang merasa hak-haknya hilang tanpa kuasanya bahkan saat dirampas oleh orang lain. Apalagi jika apa yang hilang itu adalah sesuatu hal yang sudah dimilikinya melalui kerja keras. Akan sangat lain rasanya jika apa yang harus lepas dari tangan kita itu hanya sesuatu yang didapat dengan mudah. Dalam hal ini, akan sangat tepat jika kita mengaplikasikan istilah, "Easy come, easy go", yang mana memudahkan kita untuk mengerti dan merelakan kehilangan yang kita alami.

Di lain pihak, mutung adalah sikap yang dicap sebagai hal yang negatif bahkan buruk. Suatu sikap yang disarankan untuk dihindari.
Tapi apakah saran ini tepat? Bagi saya, tindakan mutung sebagai buntut dari kekesalan yang mendalam sama saja dengan tindakan menangis sebagai buntut dari kesedihan yang mendalam. Orang sering dianjurkan untuk menangis sekuat-kuatnya ntuk melepaskan segala kesedihan yang dirasakan. Begitu pula dengan mutung yang cenderung melegakan bagi yang bersangkutan. Berbeda dengan balas dendam, mutung dapat membantu melepas beban kekesalan tanpa harus merugikan orang lain.

Lalu, ada manfaat lain dari sikap ini selain melepaskan rasa kesal? Entahlah buat orang lain. Tapi buat saya, pada saat saya terkondisikan dalam sikap mutung, saya merasakan pembelajaran yang penting bagi saya sendiri dan, mudah-mudahan, bagi pihak lain yang bersangkutan. Saya lebih mudah untuk menyadari apa yang harus dan tidak harus dilakukan dalam kondisi yang sama di masa depan. Saya bisa merasa tidak hanya lega, namun juga senang justru ketika tindakan mutung saya itu diketahui orang lain yang bersangkutan. Biasanya, jika dipertanyakan olehnya, pembelaan saya yang mengibaratkan ketidakpedulian saya dapat memberikan rasa kemenangan dalam diri. Kepuasan dalam keberhasilan menunjukkan sikap tidak terima itulah yang menjadi kunci kemenangan yang saya rasakan.

Saya pikir mutung itu wajar bahkan perlu dilakukan demi menjaga hati kita sendiri saat tengah dirundung kesal. Orang lain boleh saja meledek kemutungan kita, namun ketika mutung dipilih untuk mewakili sikap ketidakpedulian kita, tentunya ledekan itu tidak ada artinya bagi kita. Sehingga kita dapat kemudian melanjutkan hidup kita secara normal dengan lebih bijaksana.
Dan karena saya juga termasuk orang yang lebih suka memilih mutung daripada legowo, dimana saat itu saya lalu jadi tidak peduli dengan apa yang terjadi, saya bisa mengerti jika orang lain mutung karena tindakan saya. Jika orang ini kemudian tidak peduli, maka saya pun akan menyikapi tindakannya dengan cara yang sama.
Jadi, silahkan mutung...karena saya tidak peduli!!



Wednesday, July 18, 2012

Trapped!!

Derai tawa riang anak-anak yang terdengar dari jalanan di depan kantorku itu cuma membuatku miris. Karena itu artinya genangan airnya cukup tinggi sehingga mereka jadikan sebagai kolam renang instan. Dan aku masih terperangkap....hiks




Krupuk Atau Bensin?


Krupuk dengan aroma yang berbeda !




Tuesday, July 17, 2012

MP Blog - Akal Bulus

Kawan saya yang satu ini memang sangat piawai dalam mempengaruhi orang. Tidak hanya bahasanya yang santun dan pembawaannya yang kharismatik, ia juga jeli dalam mencari peluang dan pandai memanfaatkannya. Daftar panjang atas keberhasilannya di pelbagai bisnis yang digelutinya membuat banyak sekali orang yang mengaguminya dan mudah percaya untuk kemudian mengikuti anjurannya. Mungkin insting kuat yang dimilikinya sebagai suatu kelebihannya juga menjadi faktor kuat di balik kesuksesannya. Mulai dari pemilihan mata uang asing yang praktis tidak pernah salah saat ia memimpin sebuah perusahaan valas besar milik Singapura, menjadi "sidekick" dari seorang pemuka agama sepulangnya dari berhaji, menjadi pengamat gerakan terorisme dan pakar pembaca mimik muka orang, hingga sekarang memimpin sebuah yayasan sosial milik beberapa milyarder muda Indonesia.
Ia juga sempat mempolulerkan hypnotherapy yang bisnisnya kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya hingga saat ini.

Salah satu hal yang sering ia sarankan kepada kenalannya, termasuk saya, adalah untuk berhenti merokok. Banyak sudah orang yang mengikuti anjurannya dan memang diakuinya bahwa ia sering harus menerapkan ilmu hypnotherapy-nya untuk mendapatkan keberhasilan atas usahanya. Tentunya hal ini biasa dilakukan dengan persetujuan para perokok. Namun ia juga tak enggan untuk melakukan "penyembuhan" pada mereka yang kurang termotivasi pada kiatnnya untuk berhenti merokok.
Di lain pihak, saya termasuk dalam kelompok kecil kenalannya yang, sederhananya, tidak ingin berhenti merokok, sehingga anjurannya saya anggap sebagai angin lalu saja. Entah ilmu hypnotherapy itu pernah dipraktekan pada saya atau tidak, yang jelas saya masih jadi perokok aktif. Mungkin ia kesal sekali pada saya, sehingga ia kerap melakukan hal-hal yang membuat saya kesal, seperti mematikan atau mematahkan rokok saya yang menyala, bahkan menyembunyikan bungkus rokok saya saat saya lengah untuk kemudian dibuangnya. Itulah sebabnya saya kemudian lebih berhati-hati dalam menjaga rokok saya setiap saya bertemu dengannya.

Kemarin kami pergi bersama untuk makan siang di sebuah restoran. Saat kami baru masuk, pelayan menanyakan di bagian mana kami ingin duduk, dan tentu saja pilihan kami berbeda. Kami sempat berdebat sebentar untuk kemudian sepakat duduk di bagian merokok. Mungkin memang saya menang dalam pemilihan tempat, namun saya justru was-was terhadap aksi mengalahnya karena bagi saya kemenangan ini terlalu mudah didapat.
Sejak awal saya memang berniat untuk ke toilet, namun saya tidak segera menyulut rokok saya mengingat tidaklah aman meninggalkan rokok yang menyala di hadapannya. Setelah makanan dan minuman kami pesan, saya meninggalkan meja dan berencana untuk merokok sekembalinya dari toilet sambil menunggu makanan datang. Ketika saya kembali, rupanya minuman sudah terhidangkan dan sayapun langsung duduk lalu menyalakan rokok saya. Bungkus rokok yang biasanya saya biarkan tergeletak di atas meja saya masukkan lagi ke dalam kantong celana saya. Asbakpun saya posisikan sedekat mungkin agar saya lebih mudah melindungi rokok saya dari akal-akalannya. 

Saya kemudian mengobrol dengannya tanpa ada kecurigaan sama sekali. Ketika hendak mengisap lagi rokok yg sempat saya letakkan di asbak, ternyata rokok saya telah padam. Masih tanpa curiga, saya mencoba menyalakannya lagi dan saat itulah saya menyadari kalau ternyata hampir setengah batang rokok saya basah kuyup. Setelah saya amati, saya baru mengetahui bahwa di dasar asbak telah menggenang cairan yang rupanya minuman yang ia tuang ke dalamnya saat saya pergi ke toilet. Tentunya saya kesal, namun kekesalan saya hanya dibalasnya dengan senyuman sambil berkata, "Itu rokok emang bukan jodoh lu". 

Wah...ia memang pintar....dan licik!



Tuesday, July 3, 2012

A Smoker's Note

Okay...so they say smoking is bad for your health. They've been announcing this forever. The campaigns for anti smoking have been put up everywhere in the world. From places where people definitely have no rights to smoke such as hospitals and classes, to open-aired places which used to be where people escape to smoke. Should there be a special smoking room provided, it whether has no exhaust fan working properly or it would be located in the worst spot that may be so far away from nowhere. First, they would tell you how bad it can damage your health especially lungs. Then, they started telling you that you would also damage somebody else'. There used to be a warning written in words only on each package of cigarette, now they add some creepy looking pictures of damaged lungs to go along with the wordings.

I remember back in the 80's when there was a case of a 20 year-old college student in Nevada, US, who suffered a pretty bad lungs cancer that cost him his life short after. The news was on local paper which was followed by a very long article about how clove cigarettes could be lethal as they claimed those were what caused his dead. At the time, I was 22 and had been a heavy cloves smoker for about 3 years. Clove cigarettes were not find in the US then, and you could only find them in 7-11 stores. And whatever brands you found, they didn't represent the good ones like those which were popular in where they were supposed to be imported from, Indonesia. I tried to smoke them once and I hated their unfamiliar tastes. I didn't know why they tasted weird but I thought somebody must have done something to them between the time they unloaded them from the ship (or whatever) and the time they send them away to the stores due to the strong taste and scent of the cloves.

People there might not recognize what it is they smell but they sure were annoyed by its odor. My friends and I were often told to put them out in the restaurant because of the other patrons' complaint. And we often ended up leaving the restaurant without paying the bills or even before we dined because we had refused to put them out for we believed we didn't brake any state law. We had nothing against the restaurant management since it was not their policy to forbid us from smoking cloves, we only thought we would not stand in their way in paying respect to the other patrons. After all, the coincidence might have occurred occasionally when we happened to be in the same place with people who got bothered by it.

That was over two decades ago, and you can find so many no-smoking area everywhere all over the world nowadays. When I visited Bangkok for the second time, I was surprised to find that I couldn't sit and smoke in the lobby of the same hotel in where I stayed on my first visit, and that was 6 months after my first visit. Apparently, a lot of institutions prefer to stand on the non-smokers' side and neglect the comforts sought by the smokers. I heard that in Singapore, you can't even smoke freely even when you're out door because of its strict laws. Here in Indonesia, the home land of clove cigarettes, there are more and more places that don't allow people to smoke or at least put a limitation in smoking. And what they call the smoking sections may likely be an out door spaces. They used to divide rooms into two sections but public places with no out door section would now turn into a smoking free joints. They may believe that having a smoking and no-smoking sections within one room is just the same as having a pee and non-pee area within one pool :p

Regardless how the no smoking campaign grows rapidly here, I personally believe that it would not last long. The cigarette business is a gold-mined-business. Smoking is a habit that isn't bad at all like doing drugs and it costs much cheaper too. It's a stress reliever and it's a good company for your coffee or even boosts. Yes, it may damage your lungs but it may happen to 1 every 50 people. As to proof it, you may find many healthy elderlies here who have been smoking (cloves) and still heavily smoke them. As long as one can balance it with a good eating order healthy problem such as lungs cancer can be prevented.
One thing I believe is that smoking and having good eating orders have been preventing me from suffering a gallbladder problem.:)





Monday, July 2, 2012


Orang siap aja nanggung dosa ngembat donat seharga 2.500 perak ya? Pasti laper berat!