Friday, July 20, 2012

Mutung

Sikap mutung itu mungkin sudah sangat membudaya di masyarakat Indonesia. Saya tidak tau di negara lain juga sudah jadi tradisi atau tidak, yang jelas saya tidak menemukan terjemahan yang cukup mewakilinya dalam bahasa Inggris sebagai bahasa nomor satu di dunia. Mungkinkah orang luar negeri tidak biasa bersikap mutung sehingga tidak diciptakan istilah khusus buatnya. Suatu contoh yang jelas di negri ini adalah tindakan "walk-out" yang dilakukan anggota DPR jika kalah suara dalam voting yang dimenangkan oleh pihak oposisi.

Saya tidak ingin menggali sejarah terciptanya kata mutung atau bahkan dari mana bangsa kita belajar mutung. Namun saya bisa sangat mengerti mengapa seseorang memilih untuk bersikap mutung daripada ikhlas, atau dalam bahasa Jawa yang sudah menasional-nya, legowo.
Berikhlas itu adalah sikap yang teramat berat untuk dilakukan dalam kasus dimana seeorang merasa hak-haknya hilang tanpa kuasanya bahkan saat dirampas oleh orang lain. Apalagi jika apa yang hilang itu adalah sesuatu hal yang sudah dimilikinya melalui kerja keras. Akan sangat lain rasanya jika apa yang harus lepas dari tangan kita itu hanya sesuatu yang didapat dengan mudah. Dalam hal ini, akan sangat tepat jika kita mengaplikasikan istilah, "Easy come, easy go", yang mana memudahkan kita untuk mengerti dan merelakan kehilangan yang kita alami.

Di lain pihak, mutung adalah sikap yang dicap sebagai hal yang negatif bahkan buruk. Suatu sikap yang disarankan untuk dihindari.
Tapi apakah saran ini tepat? Bagi saya, tindakan mutung sebagai buntut dari kekesalan yang mendalam sama saja dengan tindakan menangis sebagai buntut dari kesedihan yang mendalam. Orang sering dianjurkan untuk menangis sekuat-kuatnya ntuk melepaskan segala kesedihan yang dirasakan. Begitu pula dengan mutung yang cenderung melegakan bagi yang bersangkutan. Berbeda dengan balas dendam, mutung dapat membantu melepas beban kekesalan tanpa harus merugikan orang lain.

Lalu, ada manfaat lain dari sikap ini selain melepaskan rasa kesal? Entahlah buat orang lain. Tapi buat saya, pada saat saya terkondisikan dalam sikap mutung, saya merasakan pembelajaran yang penting bagi saya sendiri dan, mudah-mudahan, bagi pihak lain yang bersangkutan. Saya lebih mudah untuk menyadari apa yang harus dan tidak harus dilakukan dalam kondisi yang sama di masa depan. Saya bisa merasa tidak hanya lega, namun juga senang justru ketika tindakan mutung saya itu diketahui orang lain yang bersangkutan. Biasanya, jika dipertanyakan olehnya, pembelaan saya yang mengibaratkan ketidakpedulian saya dapat memberikan rasa kemenangan dalam diri. Kepuasan dalam keberhasilan menunjukkan sikap tidak terima itulah yang menjadi kunci kemenangan yang saya rasakan.

Saya pikir mutung itu wajar bahkan perlu dilakukan demi menjaga hati kita sendiri saat tengah dirundung kesal. Orang lain boleh saja meledek kemutungan kita, namun ketika mutung dipilih untuk mewakili sikap ketidakpedulian kita, tentunya ledekan itu tidak ada artinya bagi kita. Sehingga kita dapat kemudian melanjutkan hidup kita secara normal dengan lebih bijaksana.
Dan karena saya juga termasuk orang yang lebih suka memilih mutung daripada legowo, dimana saat itu saya lalu jadi tidak peduli dengan apa yang terjadi, saya bisa mengerti jika orang lain mutung karena tindakan saya. Jika orang ini kemudian tidak peduli, maka saya pun akan menyikapi tindakannya dengan cara yang sama.
Jadi, silahkan mutung...karena saya tidak peduli!!