Tuesday, August 28, 2012

Jurang Hutang

Aku itu selalu merasakan mual kalau diposisikan sebagai orang yang tidak mampu mengembalikan hutang ketika ditagih pada waktunya. Apalgi jika penagihan itu datang membombardir dari hari ke hari sampai benar-benar mengganggu ketenanganku. Telpon dari nomor-nomor yang tak dikenal harus aku abaikan agar aku tidak perlu secara tidak sengaja berbicara dengan orang yang bermaksud menagih hutang. Keceriaan sebesar apapun dapat begitu saja sirna ketika penagihan itu terjadi. Sudah berkali-kali aku berada dalam situasi seperti itu namun aku tidak akan pernah terbiasa dengannya. Aku sering membayangkan betapa indah dan tenangnya hidupku jika mampu memiliki segalanya tanpa harus berhutang.

Belakangan ini, aku dapat kabar tentang seorang kerabat yang diduga punya hutang yang menggunung demi kemakmuran hidupnya sekeluarga. Itu jelas menerangkan bagaimana ia tau-tau dapat memiliki begitu banyak kekayaan yang (aku anggap) berlebihan. Parah sekali jika kabar itu ternyata benar. Yang lebih parah lagi adalah bahwa dalam keserakahannya, ia tidak menyadari bagaimana hutang yang ditanggungnya itu dapat tiba-tiba menjadi hal yang mematikan baginya dan keluarganya. Bahwa apa yang diharapkannya bisa menjadi sumber masukan untuk membayar hutangnya dapat hilang begitu saja setiap saat. Dan hal itu mungkin sekali terjadi karena semua itu ia dapatkan lewat cara yang sesat. Ia begitu mudahnya menggunakan kepandaiannya dalam membohongi orang. Begitu pandainya ia hingga tidak sedikit orang yang terbuai oleh bualannya. Namun ia juga harus terus menerus menciptakan kebohongan baru untuk menutupi kebohongan yang terdahulu sehingga akhirnya ia menjadi sangat sibuk dalam mengatur hidupnya yang penuh dengan kebohongan, sementara ia juga teledor dalam menjaga sikap dan segala tindak tanduknya.

Kini satu demi satu korbannya mulai menyadari ulahnya dan tidak semuanya merelakan hal itu berlalu begitu saja. Pembalasan yang mungkin hingga kini tidak disangkanya bisa terjadi mulai terlihat gejalanya. Karma yang tidak pernah terpikirkan olehnya bisa segera berlaku baginya. Dan pada saatnya nanti, ketika semua pintu rezeki baginya sudah tertutup rapat, ia mungkin akan dicari oleh banyak pihak yang menuntut balik semua kenyamanan yang telah ia dapatkan lewat aksi keserakahannya itu. Mungkin baru saat itulah ia menyadari dalamnya jurang yang telah ia ciptakan selama ini untuk dirinya sendiri. Mengerikan sekali gambaran itu. Aku bisa membayangkan, jika aku berada di tempat ia berdiri, aku akan begitu mualnya hingga muntah darah!