Monday, August 6, 2012

Teganya...



 
Masya Allah!
Aku baru menemukan lagi kebohonganmu. Benar-benar sulit dipercaya kebenarannya. Setelah apa yang kau katakan selama ini untuk meyakinkanku hingga kau rela bersumpah atasnya? Hei...apakah kau menyadari kalau suatu hari aku akan mungkin mengetahui kebohonganmu seperti yang pernah terjadi? Apa kau tidak belajar apa-apa dari peristiwa yang pernah terjadi? Apakah begitu rendahnya dirimu sehingga kau tidak punya malu lagi untuk terus membohongiku? Apakah ini pengaruh dari sekelilingmu atau memang sifat aslimu yang sudah terlanjur membusuk dibalik segala kepalsuan yang kau tampilkan selama ini?

Masya Allah!
Mungkin itu sebabnya aku sering tidak mampu mempercayaimu sepenuhnya meskipun kau sudah berusaha memaparkan bukti-bukti yang kau pikir dapat membantu menyembunyikan kebohonganmu. Mungkin juga jika aku tidak mencoba memaksakan diri untuk mempercayaimu, namun justru mencoba mencari tau kebenaran yang sesungguhnya sejak dini, sudah lama pula aku membongkar kebohonganmu padaku. Hanya saja aku terlalu ingin percaya bahwa engkau tidak seperti yang lain.

Aku berpikir dan berpikir keras tentang bagaimana menyikapi hal ini. Apakah aku harus datang kepadamu dan membentakmu sambil memaparkan apa yang aku ketahui, atau hanya berdiam dan menunggu waktu yang tepat untuk menindaklanjutinya? Datang kepadamu mungkin hanya membuatmu sedikit malu dan berujung pada suatu perdebatan yang konyol mengingat sifatmu yang begitu arogan untuk mengakui kesalahanmu meskipun fatal. Sedangkan berdiam diri akan mengikis perlahan bathinku meskipun aku bisa terhindar dari sakit hati yang lebih mendalam. Setidak-tidaknya aku menyediakan waktu untuk menyiasati apa yang akan aku lakukan selanjutnya sambil mencoba menjaga emosiku yang saat ini siap meledak.

Ya, ya, ya. Mungkin memang sebaiknya aku berdiam diri dahulu. Aku juga ingin tau apa lagi kebohongan yang telah kau tawarkan padaku. Dan mungkin saja, setelah hal ini terulang dan terulang lagi, kau mau memberanikan diri untuk datang dan mengaku padaku bahwa kau telah sengaja membutakan aku, dengan alasan apapun yang menjadi pembelaanmu.
Aku akan bersikap seperti biasa dan membiarkamu merasa aman dengan dustamu sambil aku menyiapkan diri untuk menghadapi yang terburuk yang bisa menimpamu dan diriku tiap saat nanti.

Semoga kau menyadari apa yang kau sembunyikan dan aku ketahui tanpa harus kusebutkan. Aku memilih menantimu menentukan pilihanmu, karena apapun yang kau pilih adalah pilihan buatku juga. Dan jika ternyata apa yang aku ungkapkan ini membingungkanmu, mungkin terlalu banyak kebohongan yang telah kau lakukan. Sekarang kau tinggal menentukan akan membongkar sendiri semua kebohongan itu atau membiarkanku membongkarnya lagi suatu hari nanti dengan caraku sendiri, tanpa bantuanmu, dengan kondisi kita yang telah berbeda.

Masya Allah, teganya dirimu....
Hari ini hidupku kelam lagi dalam pelatihan ini.