Thursday, November 11, 2010

MP Video - Trust Me...




COME ALONG WITH ME

If you believe in love
And all the love can bring
A brand new day, a brand new way
Will you make a case for it?
Will you find a place for it?
If you will, then come along with me

If you believe in dreams
And making dreams come true
In wishing stars and magic jars
Can you free the wild in you?
Can you be the child in you?
If you can, then come along with me

Chorus:
A new world awaits out there
Together we'll explore it
A journey we can share
Too tempting to ignore it
A new familiar sea
But with you i can chart it
That's no sure shine
But i'd take one with you

My heart's a restless heart
The needs to go from here
A rolling stone, down roads unknown
If you have the flash for it
We can make a dash for it
If you do, then come along with me

Wednesday, November 10, 2010


Kenapa Obama hanya 20 jam di Indonesia? Rupanya karena kalau tamu 1x24 jam harus lapor RT, CIA ga mau repot2 urusan sama RT....

MP Blog - Apa Boleh Buat...




Tadi pagi saya dapat jatah bertemu dengan beberapa rekanan yang kantornya terletak tidak terlalu jauh dari rumah. Oleh karena itu saya memutuskan untuk menumpang taksi agar saya tidak akan perlu pusing-pusing memarkir mobil di sana. Saya menyadari akan kemacetan yang akan saya hadapi sehingga saya berangkat jauh lebih awal agar tidak terlambat. Dengan semangat hari baru saya mencoba menikmati kemacetan pagi dalam taksi sambil mempelajari bahan pembicaraan nanti. Di tengah keasyikan saya membaca, si sopir taksi tiba-tiba memutuskan untuk mengambil rute yang tidak saya harapkan. Waktu saya tanya, ia mengatakan sedang mencoba alternatif jalan lain yang mungkin tidak dapat imbas dari jadwal kunjungan pak Obama hari ini. Oke... saya mengerti dan menyetujuinya meskipun saya tau hal itu akan menyebabkan pembengkakan pada tarif argometernya.

Tak lama berselang, saya menyadari bahwa rute alternatif tersebut juga mengalami kemacetan. Sebenarnya saya saat itu lebih suka untuk tetap di rute tersebut dengan kemungkinan terjebak untuk waktu yang tak sebentar, namun si sopir bersikeras untuk mengambil rute lain lagi yang diyakininya lancar. Saya pun mengalah dan mengizinkannya untuk menuruti kemauannya.
Memang... rute baru ini jauh lebih lancar dalam arti tidak dilalui banyak mobil karena merupakan rangkaian jalan kecil berliku-liku yang dipadati oleh pengendara motor dan pejalan kaki. Belum lagi sejumlah pedagang lapakan yang memenuhi pinggiran jalan. Hasilnya, taksi saya tidak dapat melaju kencang dan perjalanan ini menjadi jauh lebih lama dari yang saya duga hingga sayapun terlambat sampai di tujuan.
Namun tarif argometer yang melebihi dua kali lipat tarif normal dan keterlambatan saya tidak membuat saya kesal karena toch para rekanan saya dengan spenuh pengertian menerima alasan keterlambatan saya dan pertemuanpun dapat terlaksana dengan baik.


Dalam taksi menuju kantor, saya lalu berpikir tentang jalannya kehidupan sambil mengingat kejadian tadi pagi. Banyak sekali hal yang kita inginkan namun untuk sampai kesana kita harus melalui jalan yang berbeda dari rencana. Dan dalam perjalanan itu kita seringkali ditempatkan pada posisi tidak mungkin memilih. Ada kalanya pilihan yang ada bukanlah apa yang kita inginkan namun tetap harus kita jalani. Seperti halnya saat segala upaya tengah dilakukan sopir taksi pagi tadi saya hanya bisa berharap saya tidak gagal untuk menghadiri pertemuan, dalam hidup ini kita juga hanya perlu tetap berharap & yakin keinginan kita tercapai. Meskipun harus berhadapan dengan segala hambatan, dengan usaha dan asa niscaya kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan kalaupun tidak, tentunya kita dapat apa yang memang kita butuhkan. Akhirnyapun kita perlu tetap bersabar & bersyukur.

MP Video - Afternoon Jazz


Forget about the world
Think of your loved one
Even when you're far apart
Just believe in your faith
Enjoy your tea
 And let the music blow you away




starting the day with five amazing tunes of jazz...

Tuesday, November 9, 2010


sometimes we've only got one shot on something.... so listen before you say anything, and think before you do anything.

MP Blog - Pak Haji



Mungkin sudah menjadi tradisi untuk memanggil seseorang dengan kata "pak haji" terutama bila yang bersangkutan sudah cukup berumur dan mengenakan pakaian seperti baju koko atau sarung atau bahkan hanya kopiah/peci. Namun saya pribadi biasanya cenderung mencari tau terlebih dulu apakah benar yang bersangkutan memang sudah menyandang titel haji sebelum saya bisa memanggilnya sebagai "pak haji".


Hal inipun memang akhirnya saya alami sendiri setelah beberapa lama melakukan rutinitas sholat subuh di masjid, tapi itu hanya diseputar kalangan para hansip, pedagang asongan & sopir taxi yang tengah mangkal di pos keamanan yang saya lewati. di kalangan masjid sendiri saya bisa terbilang sebagai satu dari sedikit pengunjung yang berusia jauh di bawah sebagian besar pengujung yang mungkin saja memang sudah pernah naik haji. Jadi saya tidak pernah mendapat julukan tersebut di sana.

Kemarin, saya menyempatkan diri pergi ke masjid dekat kantor untuk melaksanakan sholat Ashar. Kebetulan saya mengenakan kemeja putih lengan panjang yang sekilas menyerupai baju koko. Seusai mengambil air wudhu, saya lalu mengenakan kopiah pinjaman dari o.b kantor karena saya agak sedikit terganggu dengan penampilan rambut saya yang "njabrik" setelah sebelumnya sempat bermotor tanpa helm untuk makan siang di warung dekat kantor.
Saat itu ada sejumlah remaja yang rupanya menyempatkan diri untuk singgah dan melaksanakan sholat di situ. Ketika melihat saya masuk mereka langsung menghampiri saya lalu menyalami saya sambil mencium tangan saya. Tentu saja saya kaget karena tidak terbiasa namun tak berkutik dengan sambutan seperti itu. Saya sempat berpikir bahwa mungkin saja mereka melakukan hal yang sama pada setiap orang yang mereka anggap senior. Nyatanya saya salah duga karena saya kemudian melihat mereka melakukan hal tersebut hanya pada orang lain yang jelas jauh lebih tua dan mengenakan baju koko lengkap dengan sarung & kopiahnya.

Sekembalinya di kantor, saya langsung menceritakan hal ini pada rekan-rekan saya sambil menyatakan keheranan saya. Sambil tertawa, seorang rekan saya kemudian berkata,
"mangkanya....kalo loe miara jenggot, miara kumis juga donk.... jenggot loe udah panjang tuch kayak ustadz sejati!"
Wakk.... apa iya karena itukah?? Hmm...gara-gara special request nich....