Wednesday, April 3, 2013

Masa Depan Anak

Awalnya, tekadku untuk banting tulang, melacur dalam hal bekerja disana sini, utamanya adalah untuk membiayai pendidikan sekolah anak. Aku sudah beberapa kali merasakan bagaimana dana simpanan yang terkumpul dengan cepat bisa tersedot hingga tipis saat anak-anakku memulai sekolahnya. Uang sekolah yang dikenakan mungkin tidaklah seberapa, namun uang pendaftaran sebagai murid baru bukan hal yang murah. Apalagi ada begitu banyak buku yang harus dibeli setiap tahun ajaran baru. Ada juga pungutan untuk ini dan itu yang tidak sedikit selama tahun ajaran berjalan. Dari pengadaan perangkat komputer, yang hingga kini masih saja terbilang sedikit, sampai sumbangan pembangunan musholla yang nilainya ditentukan oleh pihak sekolah.

Di saat pihak pemerintah berupaya untuk "memperbaiki" kurikulum pendidikan dengan salah satu cara ramai-ramai melakukan kunjungan resmi ke beberapa negara untuk "studi banding" menggunakan uang kas negara, masih banyak terlihat pemandangan yang mengenaskan akan nasib anak-anak di berbagai daerah terpencil di negeri ini dalam menjalani prosesi belajar di sekolahnya. Bagaimana sulit dan jauhnya perjalanan yang harus mereka tempuh ke dan dari sekolah, rapuhnya gedung-gedung sekolah mereka, ruang kelas yang harus dibagi karena keterbatasan yang ada, guru yang harus mengajar lebih dari satu kelas di waktu yang sama atau bangku dan meja yang jumlahnya tidak sebanyak muridnya.

Sementara itu, ketika masih banyak anak tidak mampu yang belum dapat kesempatan untuk mengecap pendidikan di sekolah, sejumlah pelajar justru lebih suka membolos dan menghabiskan waktu sekolahnya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat di tempat-tempat lain di luar rumah. Mereka lebih memilih ikut tawuran ketimbang menghindarinya. Beberapa kasus sex bebas, pelecehan oleh guru terhadap muridnya dan penggunaan narkoba pun masih sering terjadi, seolah akhlak kini sudah menjadi hal yang langka di lingkungan sekolah.

Pendidikan sekolah itu tidak murah. Kita bisa saja rela bekerja keras membanting tulang mencari nafkah demi pendidikan sekolah anak, tapi biaya yang kita keluarkan belum tentu setaraf dengan apa yang mereka dapatkan di sekolah. Apakah yang mereka pelajari di sekolah akan berguna bagi masa depan mereka? Apakah mereka masih perlu sekolah tinggi-tinggi di saat peluang kerja mereka nanti kian menipis? Akan mubazirlah semua dana, usaha dan waktu yang telah dikeluarkan selama ini jika nantinya yg mereka temukan hanyalah pengangguran atau pekerjaan yang tidak sepadan dengan ilmu yang mereka kuasai.

Aku percaya bahwa lebih banyak ilmu yang bisa didapatkan dari pendidikan non-formal. Artinya, kita seharusnya bisa mendapatkan banyak ilmu yang lebih bermanfaat di luar sekolah. Seorang teman pernah berkata bahwa anak-anaknya hanya perlu disekolahkan untuk belajar membaca, menulis dan menghitung. Dalam hal ini, menghitung tidak termasuk penggunaan ilmu matematika tingkat tinggi. Hanya cukup untuk tidak dikelabui orang ketika mereka sudah bekerja nantinya. Sisanya, bisa mereka dapatkan dari kehidupan di luar sekolah. Aku setuju dengan pendapat ini, mengingat di negeri ini urusan pekerjaan tidak lagi menuntut orang untuk berilmu tinggi.

Aku kemudian bertanya pada diri sendiri, masih perlukah aku habiskan dana yang hingga kini terus menerus aku dapatkan dengan susah payah untuk membiayai sekolah anak-anakku? Kalau aku lihat dari pengalaman sejumlah teman yang sukses dalam bisnisnya, kebanyakan dari mereka tidak memulainya dari nol. Mereka mendapat hibahan usaha yang telah dirintis orang tuanya. Kesuksesan orang tua mereka dalam berbisnis kemudian tinggal dilanjutkan oleh mereka yang tentunya didukung kemapanan dari orang tuanya di pelbagai hal. Mereka hanya perlu belajar tentang bisnis yang dilakoni orang tuanya sebelum akhirnya mereka dianggap mampu meneruskan bisnis tersebut.

Pertanyaan berikutnya, kalau memang aku kemudian menerapkan konsep di atas, apakah bisnis apapun yang aku hibahkan nanti akan punya peluang yang sama untuk berkembang? Apakah anak-anakku akan mampu membangkitkan minatnya dalam menggeluti bisnis yang diharapkan dapat menafkahi hidup mereka? Aku sangat prihatin dengan beban yang kian memberat yang harus mereka tanggung selama mereka sekolah. Beratnya beban itu disebabkan oleh banyaknya ilmu yang belum tentu mereka butuhkan di kemudian hari. Jika aku berniat untuk sesegera mungkin membebaskan mereka dari keharusan belajar akan ilmu yang tidak mereka minati, tentunya bukanlah hal yang tepat untuk kemudian memaksa mereka menaruh minat pada apa yang aku minati.

Lalu aku mencoba mengamati apa yang mereka sukai dan minati. Aku mencoba mengenali sejak dini apa yang mungkin akan selalu memberi ketertarikan pada mereka. Tentunya akan lebih efisien jika mereka terjun ke dalam usaha yang berkaitan dengan apa yang mereka sukai. Sehingga yang aku butuhkan adalah mempelajari apa yang mereka minati dan menjalani usaha itu dari sekarang untuk di kemudian hari dilanjutkan oleh mereka. Bisa saja hal itu dianggap sebagai tindakan yang memanjakan anak dimana anak menjadi tidak perlu belajar bersusah payah nantinya, namun aku tidak mungkin pernah bisa menebak apa saja yang harus mereka hadapi kelak. Jadi, aku perlu membukakan jalan untuk mereka dan mempersiapkan masa depan yang baik untuk anak-anakku.
Jika kerja keras merupakan syarat yang harus dipenuhi, biarlah itu menjadi bagian penting dari tugasku sebagai orang tua.



Friday, March 22, 2013

Telaga Sagawarna

Acap kali kita bisa terkesima melihat kecantikan paras seseorang, mengaguminya, jatuh hati padanya, bahkan hingga iri padanya. Padahal orang yang berparas lebih indah dari kita belum tentu punya kehidupan yang lebih indah dari kehidupan yang kita miliki.




Finally

After had got delayed since December 1st last year, the original date they said multiply.com would be shut down, the plan has finally been executed today.
 
It was not a shocking news to accept since I had not visited it as often as before. To me, adding more content in it would have been like putting more decoration in a house which likely be torn down. It would have been useless efforts. So I guess I was well-prepared to lose what had been a home.
 
I don't like this decision at all, but still, I'm grateful that I had been given the chances to become part of it and exchange knowledge with its other users.

Life goes on!
 
 
 

Wednesday, March 13, 2013

GIF

Saat ini sudah ada berbagai situs jejaring sosial yang mengizinkan pelanggan untuk menggunakan file gif sebagai photo profilenya, sehingga file gif yang sifatnya custom-made mungkin lebih bermakna daripada yang sifatnya comotan. Ada beberapa gif generator yang tersedia di internet. Umumnya mereka sifatnya gratis namun jumlah frame-nya terbatas sehingga hasil yang didapatkan juga tidak semaksimal yang diinginkan pengguna.

Aku sendiri lebih suka mengulik dan membuatnya sendiri dengan menggunakan photoshop. Lebih rumit memang, apalagi jika gambar-gambar yang digunakan adalah snapshot dari video, sehingga harus melalui proses yang lumayan panjang dan tidak mudah. Tapi proses itulah yang membuatku tertantang dan puas, terlebih bila hasilnya sesuai dengan harapan.







Tutorial cara membuat file gif dapat ditemukan di youtube.



Monday, March 4, 2013

Menjalankan AmanahNya

Belakangan ini aku makin sering mendengar kasus anak hilang. Umumnya, saat mendengar atau menonton berita tentang hal seperti itu kita hanya bisa terperangah dan iba. Lalu ketika ada berita tentang anak hlang yang ditemukan dalam keadaan cedera atau bahkan meninggal dunia, kita mengutuk perbuatan keji dari sang penculik. Tapi apa yang kemudian kita lakukan untuk mengantisipasi hal itu sehingga tidak terjadi pada anak kita sendiri? Mungkin tidak terpikirkan.

Aku sering merasa kasian melihat anak-anak yang berjalan kaki sendiri, atau bersepeda, entah pergi ke sekolah atau pulang dari sekolah. atau berkeliaran sendiri, bermain-main di jalanan tanpa pengawasan orang dewasa. Aku iba melihat mereka berada di bawah teriknya matahari atau derasnya hujan tanpa payung. Bersusah payah mencoba menyebrang jalan yang lalu lintasnya begitu ramai sementara tak seorangpun yang meihatnya peduli. aku sering bertanya dalam hati, "Kemana orang tua mereka?"

Di lain waktu aku beberapa kali membahasa dengan teman tentang hal ini. jawabannya variasi. sibuk lah, membiarkan mereka menjadi berani lah, bahkan ada yang mengaku tidak menyadari kalau anak mereka keluar rumah tanpa izin. apapun jawabannya, aku lalu bertanya, apa yang akan mereka lakukan jika anak mereka tidak kembali ke rumah pada saat mereka seharusnya sudah di rumah? Apa yang akan mereka rasakan jika anak mereka tidak pernah kembali hingga larut malam dimana keberadaan anak mereka tidak diketaui? Apa yang akan mereka lakukan jika kemudian yang mereka dapatkan adalah berita bahwa anak mereka telah diculik atau ditemukan dalam keadaan yang tidak mereka kehendaki? Terlebih lagi bahwa saat ini, penculikan tidak harus mengarah pada penebusan dengan sejumlah uang namun bisa dilatar belakangi oleh pemerkosaan, dendam, bahkan penjualan organ tubuh yang artinya korban bisa kehilangan nyawanya.

Melatih anak agar tangguh memang perlu, selama tidak mempertaruhkan kesehatan apalagi nyawa mereka. menempa mereka agar berani juga layak dilakukan pada tempat dan waktu yang tepat. Aku selalu berpikir bahwa ketangguhan dan keberanian anak tidak harus ditanamkan dengan cara yang keras namun lebih efektif dilakukan dengan cara yang masuk akal. Apalagi di usia yang sangat muda, anak belum tentu pandai dalam menggunakan logika mereka. Keinginan mereka dalam banyak hal lebih didasari oleh ego dan tanpa pikir panjang. Tentunya sbagai orang tua, justru kita lah yang perlu menggunakan akal sehat sebagai pondasi dari kebijakan yang kita terapkan untuk mereka.

Orang tua bisa saja ingin membanggakan anaknya yang berani dan tangguh. Yang dari awal sudah terbiasa mandiri di pelbagai hal. Namun kehidupan keras di luar sana bukanlah tantangan yang pantas mereka hadapi tanpa pengawalan dan bantuan langsung dari orang tua. Aku yakin, sebesar apapun kebanggaan orang tua terhadap anaknya, tidaklah sebanding dengan tangisan darah yang dikucurkan mata orang tua saat kenasaan tragis telah terlanjur menimpa anak.

Temanilah anak kita sesering mungkin dalam banyak hal selagi kita bisa. Kita perlu meluangkan waktu untuk mendampingi anak agar kita tidak kehilangan momen-momen yang mungkin sangat berarti bagi anak kita. Mungkin kita tidak selalu harus membukakan jalan mereka namun kita layak berada disampingnya saat mereka mengambil keputusan yang salah agar kita dapat langsung mengkoreksinya. Kita patut berdiri di dekatnya saat mereka akan terjatuh dan mencoba meraih tangan kita. Sebelum semuanya terlambat.



  

Pantang Menyerah


Pebulutangkis legenda Rudy Hartono mungkin bisa disebut sebagai salah satu olahragawan terhebat di tingkat dunia. Umumnya orang mengenalnya sebagai juara turnamen bulutangkis dunia tahunan, All England Open, 8 kali dimana 7 diantaranya ia sandang secara berturut-turut (1968 s/d 1974). Tapi tidak semua orang tau tentang peristiwa yang telah menjadikannya sebagai ikon pantang menyerah. Jika anda pernah mengikuti seminar-seminar tentang kiat sukses dalam menjalani bisnis, mungkin anda akan mendengar namanya disebut-sebut sebagai sosok yang pantas dicontoh.

Ketika itu, di pertandingan final All England tahun 1972, ia harus menghadapi musuh bebuyutannya asal Denmark, Svend Pri, yang pernah ia taklukan dalam final turnamen yang sama 2 tahun sebelumnya. Partai ini memang telah ditunggu-tunggu orang karena Svend Pri sempat menyatakan cukup mengenal strategi permainan Rudy Hartono dan siap membalas kekalahannya terdahulu. Pernyataan itu langsung dibuktikan dengan menaklukan Rudy Hartono di set pertama 11-15. Begitu pula di set kedua hingga kedudukan angka 1-14 untuk keunggulan Svend Pri.
Bisa terbanyangkan apa yang dirasakan supporter dan pemirsa Indonesia saat itu? Sven Pri telah mencapai match point dimana ia hanya butuh 1 poin lagi untuk merebut gelar jawara All England.
Tapi kemudian keadaan berbalik arah. Laju pengumpulan angka Svend Pri dipaksa tertahan saat Rudy Hartono secara perlahan meraih angka demi angka hingga kedudukan menjadi deuce 14-14 yang lalu berakhir dengan kemenangan untuk Rudy Hartono, 17-15. Kemenangan Rudy Hartono di set ketiga mengukuhkan dirinya kembali sebagai juara All England untuk yang kelima kalinya berturut-turut.

13 angka yang diraihnya saat ia hanya berjarak 1 angka dari kekalahan merupakan prestasi yang fenomenal. Mungkin kita pernah mendengar hal serupa terjadi dalam cabang olahraga lainnya, namun kebanyakan kesuksesan itu didapat karena team work, bukan individu. Kekalahannya atas set pertama dan 13 angka di set kedua, telah dijadikan cambuk baginya untuk memenangkan partai finai itu. Ia bagaikan seorang yang sempat lumpuh, kemudian bangkit, berjalan dan berlari hingga meninggalkan yang lain. Prestasi inilah yang seringkali digaungkan untuk memotivasi orang dalam memulai atau menjalani suatu usaha. Saat itu, Rudy Hartono tidak merasa down dan putus asa. Ia mengatakan tidak ingin menyerah. Ia ingin memaksimalkan usahanya. Sehingga kalau memang ternyata harus kalah, ia akan tetap puas karena telah memberikan kemampuannya yang terbaik dan bukan karena menyerah.

Hidup ini penuh tantangan yang harus kita hadapi. Mungkin saja, tidak semua perjuangan berakhir dengan suatu kemenangan. Kekalahan yang pahit adalah hasil yang kita dapatkan tanpa perjuangan yang gigih. Jika kita telah berusaha semampu kita, paling tidak kita bisa yakin bahwa kemenangan yang tidak kita dapatkan memang belum menjadi milik kita.

Jadikanlah kekalahan cambuk bagi anda sendiri untuk meraih kemenangan di kemudian hari. Jangan putus asa!



Tuesday, February 26, 2013

Speak To Yourself

First, you speak politely as if you were a saint.
Then, you command boldly as if you were a leader.
And when someone tries to question your words,
you would raise your voice in anger as if you were a tyrant.

Why not look in a mirror and tell us what you see.
Do you see a mean powerful holy man in there?
Or just a child? Perhaps you see the devil in you?
Or simply a neanderthal who is incapable to learn?

Do not try to tell us what to do.
You cannot make us do what we do not believe in.
Should there be anyone to make good of your thoughts,
the reflection in the mirror may be the only one.