Wednesday, August 28, 2013

Ah...teori!!

Sebenarnya sudah cukup lama aku menahan diri untuk tidak membuka mulut dan menumpahkan uneg-unegku kepada siapapun, dan mungkin kondisi seperti ini masih bisa aku pertahankan entah sampai kapan. Konsep pemikiran akan kelegaan yang didapat jika suatu masalah dishare itu tidak berlaku dalam hal ini karena aku terlalu naif untuk menganggap ada orang yang bisa sepenuhnya mengerti posisiku dan memberi asupan yang bermanfaat. Jadi aku lebih memilih diam dan memendam masalahku sebagai rahasia yang sangat mungkin perlahan menggerogoti imanku.

Ingin rasanya menyakiti fisik ini sekedar untuk mengalihkan rasa sakit hatiku, bahkan aku sering sampai beranggapan bahwa perihnya kulit yang tersayat pisau silet cukup buat melupakan perihnya hati yang tersayat. Tapi aku juga berulang kali mengingatkan diri sendiri bahwa hal itu hanya akan berlangsung untuk waktu yang relatif singkat kecuali bila aku susulkan dengan episode-episode berikutnya. Seberapa lamanyapun pengalihan itu berlangsung aku tetap sadar kalau itu tidak akan melenyapkan masalah yang kuhadapi.

Boleh saja orang menganjurkanku untuk berwudhu atau membenamkan diri pada do'a yang dalam. Tapi aku sudah membuktikan kalau tidaklah mudah berkonsentrasi pada apapun disaat pikiran sedang kacau. Sungguh aku belum menemukan jawabannya karena hingga saat inipun kemelutan dalam diriku masih saja menghantuiku tanpa kenal waktu. Ujian untuk berikhlas menerima keadaan dan belajar dari pengalaman juga bukan hal yang mudah diluluskan. Polemiknya adalah bahwa aku butuh ketenangan jiwa untuk bisa melalui ujian ini, tapi hal itu juga sulit untuk kudapatkan dengan ujian seperti ini

Aku tau aku tidak punya pilihan lain selain menunggu dan menunggu terpenuhinya pengharapan yang belum tentu juga akan terjadi. Kalau segala yang terjadi padaku adalah bagian dari kalamku, berarti bukan aku saja yang harus menerimanya dengan keikhlasan yang sempurna tapi juga mereka yang ada di sekitarku. Mungkin aku baru mudah berikhlas setelah menyaksikan sendiri bagaimana orang lain sulit menerima dengan ikhlas apa yang akhirnya terjadi padaku. Itupun kalau aku masih punya kesempatan untuk bisa berikhlas.

Teori memang selalu lebih mudah dari praktek...