Saturday, August 10, 2013

Belajar Dari Kesalahan Orang Lain

Ramadhan akhirnya usai kemarin dulu. Sama sekali tak kuduga bahwa ada kelebihan yang datang di Ramadhan tahun ini. Benar-benar suatu hal yang membuat Ramadhan ini begitu istimewa dibanding yang lalu-lalu. Seolah ini bukti bahwa Allah swt. kerap menunjukkan berbagai hal yang menakjubkan, kali ini aku dibukakan mata untuk melihat bagaimana aku harus mensyukuri nikmatNya dalam diriku sekaligus menata diri dengan cara menyaksikan seperti apa orang-orang yang selama ini pernah aku nilai.

Aku memang sudah dari awal berniat mengikuti "pelatihan" Ramadhan tahun ini dengan komitmen yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Makanya aku, meskipun dengan banyak keraguan, menyiapkan diri dengan seikhlas-ikhlasnya untuk menghadapi tempaan yang lebih berat. Harapanku adalah agar aku bisa menjadi orang yang lebih baik dan lebih bisa berserah diri kepadaNya. Pemberatan pelatihan ini juga banyak didukung oleh beberapa batasan yang aku tetapkan sendiri sesuai dengan ilmu yang kumiliki tentang besar kecilnya kemampuanku dalam menghadapinya.

Kalau aku kemudian bisa menyerap makna dibalik kesulitan dan tuntutan yang aku hadapi, itu bisa dianggap expected karena memang aku sudah mereka-rekanya ketika aku menentukan larangan apa saja yang nantinya bakal menantangku. Tapi yang menakjubkan adalah bahwa ternyata, aku melihat bagaimana Ramadhan bisa merubah sifat dan sikap orang-orang disekelilingku. Bukannya aku mencoba "menilai" dengan berdasarkan sampul mereka, tapi aku dicengangkan oleh sikap atau perangai yang tiba-tiba berubah drastis selama dan bahkan setelah Ramadhan. Bulan yang dianggap penuh rahmat ini seolah justru telah menyingkap sampul yang selama ini menyelimuti sifat mereka sebenarnya.

Ada banyak orang yang, bagaikan bunglon, berubah dalam sekejap menjadi "alim" ketika Ramadhan tiba. Hal ini lebih ditunjukkan dalam ucapan dan "ceramahnya" yang berkaitan dengan agama. Apalagi zaman sekarang sarana untuk "berceramah" sudah tersedia secara bebas lewat pelbagai situs media sosial dengan dukungan link dan/atau image yang mampu memperindahnya. Media lain adalah alat komunikasi yang jangkauannya tidak seluas internet tapi lebih mudah diandalkan. Dan seiring dengan bergulirnya Ramadhan, gencarnya gelombang kealiman ini juga berangsur memudar hingga di ujung Ramadhan dimana nuansa alim itu nyaris terasa. Lalu begitu Ramadhan berakhir, mereka yang selama ini menampilkan kealimannya kini tampil dengan "wujud lama" ....bukan wujud baru yang fitri. Mereka yang kemarin selama maksimal sebulan merangkai kata-kata indah, mengingatkan akan keberkahan Ramadhan, mengajak menyucikan diri dan menebar pesona alim-nya, kini kembali dengan atribut yang sempat mereka tanggalkan.

Ketika aku pertanyakan, mereka dengan lugas menjelaskan bahwa semua itu adalah wujud penghormatan bagi Ramadhan. Bahwa mereka rela meninggalkan semua itu demi kesucian Ramadhan, sehingga setelah Ramadhan berakhir mereka kembali lagi menjadi seperti dulu. Kenapa penghormatan ini buatku justru lebih terkesan sebagai suatu kemunafikan ya? Kalau memang apa yang mereka tinggalkan itu dianggap bisa merusak kehormatan Ramadhan, kenapa pula perlu mereka aplikasikan lagi pada diri mereka setelah itu. Buatku hal itu punya 2 arti; pertama, apa yang mereka tinggalkan hanya tidak pantas di bulan Ramadhan. Kedua, semua itu memang selamanya tidak pantas tapi mereka tinggalkan hanya di bulan Ramadhan.

Biarlah jawaban dan analisaku tentang hal di atas kusimpan buatku sendiri seperti hal nya tiap individu punya hak untuk berpendapat masing-masing. Yang membuat Ramadhan kali ini menjadi istimewa adalah bahwa semua itu lebih jelas terlihat karena pelatihan yang aku jalani berkadar lebih berat dan membuatku jadi lebih awas dan observatif tak hanya sebatas padaku sendiri tapi juga pada mereka yang ada disekelilingku, sehingga aku secara tidak sadar melihat perubahan mereka juga. Dan apa yang berlangsung di depan mataku membuatku begitu merasa beruntung dan bersyukur karena aku diberi kesempatan untuk juga belajar dari kesalahan orang lain tanpa harus jadi seperti mereka.

Alhamdulillah.....