Wednesday, August 21, 2013

Balada Kacamata

Aku mungkin termasuk orang yang tidak mudah menyingkirkan barang-barang milikku begitu saja. Seperti halnya mendiang ibuku, aku suka menyimpan barang-barang yang punya kenangan khusus, baik itu indah atau buruk selama bisa mengingatkanku tentang pembelajaran yang pernah aku dapatkan dari kepemilikannya. Bahkan yang rusakpun akan kupertahankan jika menurutku masih punya kegunaan meskipun dengan fungsi yang tentunya berbeda, misalnya sebagai pajangan. Tidak sebagai seorang kolektor, aku tidak berburu mencari barang untuk dikoleksi, sehingga barang yang kumiliki beraneka ragam jenisnya.

Tapi aku mengakui bahwa aku tidak pandai menjaga keawetan kacamata, baik itu jenis silinder, baca maupun gelap. Sebesar apapun kiatku untuk menjaganya, sudah berkali-kali aku harus mengalami kehilangan atau kerusakan. Tidak hanya melupakan peletakannya, kehilangan itu juga bisa disebabkan karena aku kurang berhati-hati dalam menempatkannya sehingga bisa terjatuh dimana saja. Bahkan sebuah kacamata gelap mahal yang dikaitkan pada tali pengaman yang menggantung di leherku dengan mudah hancur begitu saja tertindih dadaku setelah aku tersungkur kena seruduk sapi liar di suatu acara potong qurban awal tahun ini.

Untuk aksesoris ini, aku memang berkonsep "murahan". Artinya, aku tidak berminat membayar mahal dalam membelinya karena begitu seringnya aku kehilangan. Aku lebih suka mengutamakan fungsinya tanpa memikirkan kualitas atau bahkan style-nya. Yang penting nyaman dipakai dan memenuhi kebutuhanku. Seorang teman pernah mengingatkan bahwa harga tidak membohongi. Membayar lebih untuk suatu barang setaraf dengan panjangnya umur barang tersebut sehingga kita tidak perlu terus menerus merogoh kantong untuk mengganti barang murahan yang gampang rusak. "Toh kalau diakumulasikan nantinya total pengeluaran uangnya juga akan sama", katanya.

Benar juga teorinya.
Kalau sebuah kacamata mahal yang keawetannya berlangsung selama suatu periode tertentu, mungkin selama itu pula aku telah menghabiskan dana yang sama untuk seringnya membeli sejumlah kacamata murahan. Tapi kacamataku yang luluh lantah karena ulah seekor sapi liar itu kebetulan juga bukan yang murahan. Harusnya kerugianku saat itu bisa sangat kecil kalau aku hanya mengandalkan barang murahan, khan?
Mungkin aku memang tidak layak pakai kacamata mahal..... #kalam


~dalam kelegaan karena kacamata yang kemarin hilang sudah ditemukan~