Sejarah hidupnya yang sempat tercoreng oleh peristiwa pengurungan dirinya dalam bui yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan terlarang seolah tidak memberinya pelajaran untuk menjadi orang yang bijaksana. Justru aku berpikir, pengalaman itu membuatnya merasa lebih pintar dan berhak untuk menyuarakan isi benaknya di waktu dan tempat yang salah. Mungkin ilmu yang didapat selama berada di balik jeruji penjara justru dujadikan alasan untuk menyajikan ego-nya dalam keangkuhan. Ia sering menggunakan bahasa yang "tinggi" dengan disertai kutipan-kutipan dari orang-orang terkenal untuk mengungkapkan kekecewaannya atas apa yang tengah terjadi dalam keluargaku.
Aku lalu bertanya-tanya pada diri sendiri motif apa yang menadasari perilakunya ini. Sekedar solidaritas pada kerabatku atau politik uang? Mungkin juga karena hutang jasa, mengingat kerabatku termasuk yang dulu rajin menjenguknya ketika ia dalam penahan? Entahlah...aku memang tidak mengenalnya secara dekat untuk tau lebih banyak tentang latar belakang kehidupannya. Apapun motifnya, aku hanya menganggapnya sebagai korban "korslet otak" yang mungkin disebabkan oleh terlalu banyaknya ilmu yang diserap melebihi kapasitas yang tersedia sehingga penerapannya jadi error...tercampur aduk tidak karuan. Bisa jadi karena hal inilah juga ia, yang kini tidak muda lagi, belum punya pekerjaan tetap dan pasangan hidupnya.
Belum ada yang sanggup mengatasi idealismenya!