Monday, June 8, 2020

Mastermind

Belakangan ini nama Mardigu WP ramai dibicarakan orang karena pernyataan²nya jadi viral. Bagaimana tidak? Kemunculannya ini diikuti pembicaraan tentang dirinya yang jadi viral. Dari yang selama ini nyaris tidak dikenal, tiba² memang sosoknya muncul di banyak media termasuk di beberapa media selebriti dengan segala teori, motivasi dan kritik yang kontroversial. Tak heran keviralannya berlandaskan tak hanya simpati tapi juga antipati dari publik. Topik pembicaraannya pun meliput banyak hal; filosofi, ekonomi, bisnis hingga politik. Konten nya dinilai pantas diperhitungkan, dan penyampaiannya dengan cara menggebu² sehingga terkesan menohok. Terkesan sebagai sosok yang serba tau di banyak bidang, ia secara instan jadi pusat perhatian. Tak salah kalau ada yang komen dengan mengingatkan agar tidak me-nabi-kan dirinya.

Sebenarnya ia sudah wira wiri kesana kesini sejak era 90an. Hanya saja hingga awal tahun ini, ia memang lebih suka bekerja di balik layar. Banyak sukses yang diraih dari usaha dan misi-nya, namun ia selalu menampilkan anak didiknya sebagai pemeran utama dalam keberhasilannya. Wajar jika orang banyak yang mempertanyakan jatidirinya ketika data keberhasilannya di berbagai bidang usaha selama lebih dari 2 dekade terakhir ini dibeberkan, sementara selama itu juga sosoknya tidak pernah ditampilkan. Lalu kenapa akhirnya ia memutuskan untuk ikut tampil di atas panggung jika selama ini merasa nyaman hanya menjadi dalang? Tentunya (akhirnya) ada hal yang memicu dirinya untuk muncul ke permukaan. Ia sudah mengutarakan alasannya, namun biarkan ia sendiri yang mempublikasikannya di saat yang menurutnya tepat.

Nah...sosok seperti itu bukanlah satu²nya yang kukenal.Kakak sulungku juga seperti itu namun bedanya, hingga kini ia tidak pernah memunculkan dirinya. Sepintas, ia dengan mudah mungkin dinilai sebagai orang yang sederhana, humble dan gaptek dengan kemampuan yang terbatas. Belum lagi ditambah fakta bahwa ia tidak menunjukkan kesuksesan hidupnya dalam bentuk materi. Hingga saat inipun ia dan istrinya hanya tinggal menumpang di rumah anak sulungnya. Kalau ditanya, kesuksesan apa paling besar yang ia pernah dapatkan, jawabannya modest: mendidik anak²nya sehingga menjadi sukses. Tak bisa dipungkiri bahwa kesuksesan yang diraih anak²nya didapat setelah ia terlebih dahulu Babat Alas, atau memuluskan jalan di depan mereka. Cara yang dipilihpun bukan cara yang jelaster²an terlihat dengan kasat mata tapi lebih ke cara gerilya.

Seorang tanteku, sepupu langsung ayahku, yang sempat bertindak sebagai mediator untuk kakakku yang ketika itu menjalankan perusahaan ayahku dengan seorang pengusaha yang sangat terkemuka, pernah bercerita tentang pengalamannya menghadiri presentasi kakakku di depan pengusaha ini. Presentasinya berjalan mulus diikuti dengan tanya jawab yang memakan waktu sekitar 1 jam ketika pengusaha itu berpamitan pergi sambil berjanji akan mempertimbangkan penawaran bisnis yang diajukan kakakku. Di dalam elevator, dengan nada keheranan ia bertanya pada tanteku,
"Haduh...siapa sih dia itu, bu? Itu benar keponakan ibu? Saya kemarin² searching namanya di internet cuma nemu satu situs tentang dia dan itu hanya situs silsilah keluarga. Ya karena nggak nemu apa², sebenarnya tadinya saya sudah males datang kesini. Lha ternyata hebat sekali orangnya. Wah...puinter tenan dia. Saya nggak nyangka ada orang seperti dia lho, bu"
"Mosok sih, pak?", sambut tanteku.
"Lho iya lho. Pemikirannya itu luas sekali. Itu orang jenius. Nggak pernah terpikirkan sama saya tuh. Strateginya banyak yang simpel tapi masuk akal...dan gampang diterapkan...dan nggak pernah terpikirkan sama saya. Wuiiih...bener² hebat lho dia. Ya khan?", tanyanya pada tiga orang yang mendampinginya dan dibalas dengan anggukan.
"Yang saya heran itu, koq orang sepinter itu nggak ada datanya di internet? Asli bingung saya. Medsos nggak ada, berita tentang dia juga nggak ada. Lha trus selama ini usahanya apa? Mosok sehebat itu koq nggak ada track recordnya sama sekali. Blasss...nihil, kayak hantu. Sumpah Nggak ngerti saya". Apa jangan² dibisa menyembunyikan situs² yang nyebut namanya...saking pinternya gitu lho?

Dan itu bukan sekali²nya orang dibuat kagum olehnya. Padahal penampilan kakakku itu sangat tidak mencerminkan kesuksesan. Pakaiannya bukan yang branded. Kurus dan terkesan lebih tua dari umurnya karena jalannya cenderung membungkuk. Kesana kemarinya pun sering dengan taksi. Bahkan acapkali dengan bus atau angkot sambil mengaku sedang kempes kantongnya. Sementara anak²nya yang usahanya sukses, berkendaraan yang tergolong mewah. Anak sulungnya sempat punya 3 mobil mewah dan punya kedudukan bagus di sebuah kementerian. Tak sering mereka menawarkan barang atau pakaian ber-merk kepada kakakku tapi ditolaknya dengan alasan ia kurang suka menggunakan barang mewah yang tidak dibelinya sendiri. Sedangan jika membeli sendiri, ia lebih suka yang murahan. Tak hanya itu, sesekali ia kemana² mengenakan kacamata dengan gagang terlilit selotip tebal penutup bagian yang patah.

Ia memang bukan sosok yang aku jadikan panutan di banyak hal, namun khusus untuk kesederhanaannya dalam menampilkan dirinya ini aku jadikan contoh yang layak aku tiru. Meskipun ia tidak anti bersosialita, namun cara nya ini pas untuk seorang aku yang Introvert. Cocok untuk aku yang sejak dulu selalu menghidar dari sorotan kamera tiap kebetulan sedang bersama tokoh² yang menjadi incaran wartawan. Memang aku lebih suka tidak dikenali luas oleh publik sehingga aku lebih leluasa bergerak kemanapun aku ingin. Dan kelak jika apapun usaha yang aku tekuni membuahkan hasil yang begitu besarnya sehingga menjadi berita yang meluas di masyarakat, aku akan lebih nyaman menikmatinya dari balik layar. Karena sehebat apapun tokoh wayang di tampilkan & sedahsyat apapun cerita yang bergulir, penentunya adalah dalangnya. Disitulah nikmatnya.