Tak terasa sudah 1/2 bulan terlampaui, hari ini adalah hari pertama di 1/2 bagian kedua dari bulan Ramadhan. Jujur aku belum pernah mendengar sebelumnya, namun khatib itu menjelaskan bagaimana istimewanya melakukan ibadah sholat Tarawih semalam yang jatuh tepat di malam hari ke 16. Sebagai pembuka ceramah, ia menyatakan bahwa melakukan ibadah sholat Tarawih yang spesifik ini berarti mendapatkan tiket langsung ke Surga. Artinya, apapun yang menjadi beban yang ditanggung dari kehidupan di dunia akan dengan sendirinya terlepas.
Sebagai manusia biasa, tentunya aku ingin perjalananku menuju Surga nanti dimudahkan dan tidak diberatkan oleh segala dosa dan kesalahanku di dunia. Tapi aku juga tidak bisa begitu saja menjadi gembira dan lega mendengarkan penuturan sang khatib tersebut. Bukannya tidak percaya hal itu, namun aku harus berjaga-jaga jika ternyata akan ada hal lain yang saat ini tidak aku sadari keberadaannya. Sebuah surprise yang ternyata baru kutemui setelah aku sampai di akhirat sana. Sesuatu yang ternyata punya arti lain dari yang aku pahami dan cenderung nantinya membuatku kecele jika aku hidup takabur.
Di tengah-tengah ceramah, khatib mengulas 6 perkara dunia yang bisa membatalkan amal ibadah manusia. "Tuh khaaan?", pikirku. Baru saja aku mengingatkan diri sendiri untuk tidak terbuai dengan penjelasan sang khatib di awal ceramahnya, sudah ada penjelasan lain yang bisa dibilang berlawanan. Aku bisa saja langsung berspekulasi dengan segala pikiran negatif mengingat ada satu dua dari 6 perkara tersebut yang masih melekat pada diriku, tapi aku mencoba untuk mengimbanginya dengan kepositifan cerita tentang kemudahan jalan ke Surga tadi.
Aku kembali lagi berfikir bahwa kita tidak mungkin diberi melulu alasan untuk bersabar atau hanya untuk bersyukur. Tentunya selalu ada alasan untuk keduanya. Apalagi jika faktanya, kita diharuskan bersabar dan bersyukur untuk setiap alasan....positif atau negatif. Jadi ceramah semalam memang memberi pelajaran yang penting buatku dimana aku diingatkan tentang amal ibadah yang setiap saat bisa aku kumpulkan lewat kebaikan-kebaikanku, dan setiap saat bisa kandas begitu saja karena segala keburukanku, lalu terkumpul lagi, dan kandas lagi, begitu seterusnya. Yang lebih penting untuk diingat adalah bahwa proses itu bisa terhenti kapan saja, ketika amal sedang terkumpul atau sedang kandas...