Wow...aku salut pada dirimu.
Tapi tunggu...jangan besar kepala dulu. Bukanlah keelokan sosokmu yang kutau memang dikagumi banyak orang. Bukan juga ilmu yang kau miliki yang sering kau gunakan untuk merendahkan dirimu sekaligus mempesona lawan bicaramu. Memang rapormu tidak banyak merahnya bahkan prestasimu terbilang jauh di atas rata-rata, namun satu angka merah itu cukup untuk menghanguskan rapormu. Dan yang membuatku salut adalah ketangguhanmu dalam mempertahankan angka merah itu dari waktu ke waktu.
Aku harus jujur mengakui konsistensimu dalam memperjuangkan apa yang selama ini salah di mataku tapi benar buatmu. Aku memang tidak dan belum bisa membuktikan kebenaran dari apa yang aku sendiri jalani, yang tentunya otomatis membuatmu salah. Namun kalaupun memang begitu, setidaknya kau tampak sudah begitu berpegang teguh pada komitmenmu, hingga sampai pada hari-hari di bulan suci seperti ini. Kau mampu dan tetap membela apa yang kau yakini meski itu berarti kau harus menjilat ludahmu sendiri.
Hebat!
Hanya itu yang saat ini dapat aku utarakan sambil juga mencoba mengambil hikmah dari ini semua karena aku sudah memulai pelatihanku. Aku hanya mengingatkan agar engkau berhati-hati karena ketangguhanmu itu bisa menjadi jerat buatmu sendiri kelak.