Saturday, July 13, 2013

Ajaran Baru, Lagu Lama.


Aku tidak protes atas merebaknya postingan religius Islam di pelbagai situs jejaring sosial, yang isinya hal-hal yang sifatnya informatif atau mendidik mengingat bulan ini umat Muslim memang dianjurkan mempertebal imannya sambil menimba ilmu yang bermanfaat dan pahala yang berlipat. Tapi disaat inilah, seperti di tahun-tahun sebelumnya, aku bisa menemukan banyak postingan yang akhirnya tidak mendidik dan justru bisa menuai tanggapan negatif dari berbagai pihak hingga bisa menciptakan perdebatan pendapat yang sebenarnya tidak bermanfaat.  

Postingan seperti itu berisi pendapat yang berkesan menggurui dengan teori baru yang (dengan kata lain) berarti menyatakan kesalahan pada teori terdahulu yang telah sekian lama dianggap benar. Penulisnya biasanya cenderung muda dan punya antusias yang sangat besar dalam menggali dan mencari fakta yang kemudian diolah menjadi pemahaman baru yang diharapkannya lebih benar dari yang sudah ada. Kebanyakan komentator yang sependapat juga tergolong muda karena pembaca yang lebih tua memilih untuk tidak berkomentar.

Suatu contoh saja, kemarin baru kubaca sebuah postingan yang menampilkan sebuah doa dalam bahasa Arab lengkap dengan artinya. Postingan itu diberi pengantar sebuah kalimat yang menyatakan bahwa do'a tersebut adalah do'a berbuka puasa "yang sebenarnya", seolah do'a yang sudah umum digunakan dimana-mana selama ini bukanlah do'a yang benar. Aku tidak perlu mempertanyakan atau mendebatkan do'a mana yg lebih benar mengingat tak seorangpun tau jawabannya. Hanya saja aku sempat bertanya pada diri sendiri, apakah si penulis ini benar-benar berharap pembaca postingannya akan lalu mengganti do'a-nya?

Contoh lain dengan postingan yang dipasang bahkan sebelum Ramadhan dimulai adalah tentang tidur selama berpuasa. Dalam postingan tersebut dinyatakan bahwa ada kondisi dan situasi tertentu yang bisa membuat tidur kita diaggap tidak bermanfaat, bahkan dianggap sebagai sebuah kesalahan. Sepengetahuanku, tidur selagi berpuasa itu, dengan niat apapun atau tidak, selama ini dianggap sebagai tindakan yang bijaksana karena otomatis menjauhkan kita dari perbuatan keji dan mungkar yang menuaian dosa yang bisa setiap saat terjadi di kala kita terjaga. Dan hal ini kebetulan juga diterangkan oleh ustadz yang berceramah dalam sholat Tarawih semalam.

Di bulan ini kita dianjurkan untuk bersabar dalam segala hal tanpa pengecualian. Sabar dalam mengendalikan emosi dan ego kita, termasuk tidak terpancing postingan atau pendapat yang cenderung menyulut emosi. Dan seharusnya juga, kita bisa bijaksana dalam menentukan apa yang perlu kita bagi kepada orang lain dan menahan diri dari pembuatan pernyataan yang bisa memicu adrenalin orang lain untuk bersikap emosi. Karena dengan ego yang tak terkontrol, postingan dan/atau pernyataan yang tidak tepat dapat merubah niat berbagi ilmu yang tulus menjadi aksi pemaksaan ajaran yang didasari oleh kesombongan